Mengenal Sejarah Kelenteng Tertua dan Terbesar di Bekasi
Ketua Yayasan Pancaran Tri Dharma--pengelola Kelenteng Hok Lay Kiong--, Ronny Hermawan menceritakan sejarah berdirinya kelenteng tersebut.
Kata dia, pada tahun 1700-an banyak warga Tionghoa berpindah tempat dari Batavia (nama sebelum Jakarta) ke Bekasi.
Mereka merupakan buruh yang melakukan pemberontakan karena merasa upah yang didapat tidak sesuai dan jauh dari kata sejahtera.
Namun mereka kalah dari pemberontakan itu dan memutuskan untuk berhijrah hingga ke Bekasi. Tak hanya ke Bekasi, warga Tionghoa tersebut juga berhijrah hingga ke Karawang.
"Berontak, ngelawan, akhirnya kalah, ketakutan, kocar-kacir ya larinya kemari, ke Tangerang, ke Bekasi bikin rumah ke Cikarang, ke Karawang, jalurnya begitu," ucap Ronny kepada era.id beberapa waktu lalu.
Jemaah sedang berdoa di Kelenteng Hok Lay Kiong, Bekasi. (Jamaludin/era.id)
Selanjutnya, para warga Tionghoa itu mendirikan rumah untuk bertempat tinggal lantaran, pada zaman itu, Bekasi masih berbentuk hutan.
Usai mendirikan rumah, para buruh tersebut akhirnya mendirikan Kelenteng Hok Lay Kiong dengan tujuan sebagai tempat untuk berkumpul dan bersilaturahmi kaum Tionghoa. Kelenteng tersebut hingga kini masih berdiri.
Tak hanya mendirikan kelenteng, para buruh Tionghoa kala itu juga mendirikan usaha berbentuk warung-warung kecil. Usaha mereka pun masih berkelanjutan hingga sekarang.
Tempat usaha para warga Tionghoa di Bekasi biasa kita kenal dengan nama Pasar Proyek yang letaknya tak jauh dari Kelenteng Hok Lay Kiong.
"Mungkin dulu dari warung kecil, tapi akhirnya tumbuh pusat perdagangan, terus ada kelenteng digunakan sebagai kebutuhan rohani, bagian dari tradisi leluhur yang sudah ada, terus ikut kumpul, di sini bisa berkawan, ada perkumpulan," katanya.
Jemaah sedang berdoa di Kelenteng Hok Lay Kiong, Bekasi. (Jamaludin/era.id)
Kelenteng Hok Lay Kiong awalnya hanya memiliki satu dewa untuk sembahyang yakni bernama Dewa Hian Thian Siang Tee yang biasa disebut dewa utama atau dewa tuan rumah.
Kala itu bangunan kelenteng tersebut tidak terlalu besar. Namun, setelah ada beberapa kali renovasi dan perluasan bangunan, kini kelenteng itu berukuran sekitar 2.000 meter persegi dan mampu menampung ribuan jemaah.
Selain itu, bukan hanya dewa utama yang ada di kelenteng tersebut, namun ada juga Dewa Tjay Sen Loya, Kwan Im Posat, Kwan Seng Tekun, Hok Tek Ceng Sin dan lain-lainnya.
Jemaah sedang berdoa di Kelenteng Hok Lay Kiong, Bekasi. (Jamaludin/era.id)