Elektabilitas Menurun, PDIP: Ada Fluktuasi
Menanggapi hal itu, Wasekjen PDIP Eriko Sortarduga menganggap dalam proses demokrasi, gejolak naik turunnya dukungan memandang sebagai suatu hal yang wajar.
"Dalam Pemilu ada fluktuasi. Ini yang kami harapkan, karena terkadang ekspektasi terlalu tinggi buat kita jadi lemah. Ini akan jadi catatan kami," ungkap Eriko di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (21/2/2019).
Turunnya elektabilitas di kalangan pemilih muslim, kata Eriko, menjadi bahan evaluasi PDIP untuk menyabet kembali dukungan partai pimpinan Megawati Seokarnoputri tersebut.
"Ini yang jadi catatan kami untuk tingkatkan dukungan pemilih muslim. Apalagi, hasil survei itu ga jauh dari marjin eror. Terkadang, evaluasi dukungan yang terlalu tinggi juga buat kita jadi lemah," ujar dia.
Eriko mengakui, tingginya suara yang diperoleh PDI Perjungan di hampir semua segmen pemilih tidak terlepas dari coat tail effect atau efek ekor jas Jokowi yang notabene adalah kader PDI Perjuangan.
"Kami dari PDI Perjuangan memang targetkan 25% minimum. Tapi ritme pemilu itu harus dijaga. Bahwa kami juga menikmati coat tail effect dari Pak Jokowi karena kader PDI Perjuangan," tandasnya.
Untuk kamu tahu, pemilih muslim di Indonesia merupakan mayoritas dengan basis sebanyak 85 persen dari total pemilih. Di pemilih muslim, PDIP masih paling unggul dengan perolehan suara 18,4 persen. Kemudian di posisi runner up ada Gerindra dengan perolehan 16,6 persen. Posisi ketiga yaitu Partai Golkar dengan 11 persen.
Selama 6 Bulan dari Agustus 2018 hinga Januari 2019 LSI memaparkan data meskipun PDIP masih paling banyak dipilih oleh pemilih muslim, namun semakin lama jarak dukungan sangat tipis dengan Gerindra.