Proyek Infrastruktur Biang Keladi Pelanggaran Lawan Arus
"Pelanggaran yang paling banyak terjadi adalah melawan arus," ujar Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Halim Pagarra di Markas Polda Metro Jaya.
Halim menjelaskan, angka pelanggaran melawan arus meningkat 19% dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya sebanyak 4.925 pelanggaran. Sedangkan di periode yang sama 2017, terdapat 5.837 kendaraan yang terjaring melawan arus.
Menurut Halim, angka sepeda motor yang terjaring tahun ini meningkat dibandingkan dengan Operasi Zebra 2016 di periode yang sama, sebanyak 19.816 sepeda motor. Sedangkan untuk mobil penumpang tahun lalu, sebanyak 9.019 kendaraan yang terjaring.
Selain karena peningkatan jumlah kendaraan bermotor, kata Halim, pembangunan fly over, underpass dan infrastruktur lainnya menjadi pendorong pelanggaran berlalulintas. Jumlah lajur yang berkurang membuat waktu tempuh perjalanan semakin lama.
Untuk mengantisipasi kemacetan mengular, Halim memastikan akan menambah jam patroli, mulai pagi hingga dini hari. Selain memperketat pengaturan lalu lintas, petugas di lapangan juga mengincar pelanggar melawan arus, dan tidak memiliki berkas lengkap.
"Kan kita mau secara maksimal supaya benar-benar tertib patuh masyarakatnya. Dan untuk menjaga Kamseptibkarlantas (Keamanan Keselamatan Ketertiban Kelancaran Lalu Lintas). Yang kita lihat di Pancoran. Itu bisa jadi juga pemicunya. Karena orang mau cepat datang ke satu tujuan biasanya terjadi suatu pelanggaran lalu lintas. Dia biasa melawan arus," tegas Halim.
Operasi Zebra 2017 berlangsung selama 20 hari, mulai 1 NOvember hingga 14 November di seluruh Indonesia. Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Royke Lumowa menginstruksikan kepada seluruh jajarannya, agar Operasi Zebra 2017 mampu menekan angka kecelakaan lalu lintas.
Selama operasi berlangsung, Polda Metro Jaya mengerahkan 1.888 personel gabungan dari polisi, TNI dan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta.