Kubu Jokowi Antisipasi Golput
Meski begitu, Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Verry Surya Hendrawan mengatakan, perlu memperhitungkan angka golput yang bakal muncul pada pemilu ini.
"Paparan survei tersebut secara umum kita masih unggul tapi yang harus diperhatikan adalah golput," kata Verry kepada wartawan di Jakarta, Selasa (19/3/2019).
Kubu Jokowi, katanya, tak ingin kalau angka golput malah mengalahkan persentase pemilih yang menggunakan haknya.
Sekjen PKPI itu bilang, golput menjadi perhatian dalam Pemilu ini apalagi ada isu yang menyebut Pemilu 2019 bakal rusuh.
"Ada isu yang beredar kalau kampanye akan rusuh tidak aman, nah, ini yang harus diantisipasi bersama," ujar dia.
Direktur Program Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Aria Bima yakin angka golput akan turun setelah adanya debat yang digelar KPU.
Politikus PDI Perjuangan itu bilang, menekan angka golput bukan hanya tugas tim kampanye tapi juga KPU untuk menyosialisasikan pesta demokrasi lima tahunan ini. Apalagi, ada masyarakat yang bingung tentang lokasi pencoblosan.
Bagi Aria, pemindahan tempat pencoblosan bisa memicu golput karena proses yang berbelit-belit. Karena itu, dia ingin KPU mempermudah proses ini.
"Ternyata masih banyak rakyat yang tidak ngerti. Sosialisasi mengenai pindah tempat pencoblosan ini masih terlalu rumit dan tidak memberi ruang," ungkapnya.
Banyak golput, Kubu Jokowi-Ma'ruf rugi
Lembaga Survei Denny JA merilis surveinya terkait Pilpres 2019. Kali ini mereka merilis siapa pihak yang paling rugi dengan angka golput.
Berangkat dari data angka golput Pilpres 2014 yang lalu sebesar 30,42 persen, lembaga survei ini kemudian membuat analisis pihak yang dirugikan kalau angka golput tinggi.
Mereka membagi hasilnya per segmentasi yaitu minoritas, wong cilik, milenial, emak-emak, pemilih terpelajar, dan pemilih muslim.
Survei ini merekam, penyebab golput itu terjadi karena kurang informasi, tidak ingin kehilangan upah harian, apatisme politik, masalah administrasi, protes politik, isu keamanan, hingga merasa sudah menang.
Dari analisis itu, dalam segmentasi pemilih muslim, Jokowi-Ma'ruf masih lebih unggul daripada Prabowo-Sandi dengan selisih 15 persen.
Sehingga, kalau prediksi golput banyak terjadi di kalangan pemilih muslim terutama pendukung FPI, HTI, dan Jaringan kultural PKS adalah Prabowo-Sandi. Sementara kalau Golput lebih banyak dilakukan oleh kalangan Nahdatul Ulama, maka yang akan dirugikan adalah paslon Jokowi-Ma'ruf.
Kesimpulan dari survei itu, kalau Jokowi-Ma'ruf menang telak di survei tapi golput masif terjadi di antara pendukungnya, sementara pendukung Prabowo tetap militan, maka keadaan akan berbalik. Dengan keadaan ini, kemenangan akan menjadi milik Prabowo-Sandiaga.
"Jokowi-Ma'ruf dirugikan jika golput banyak terjadi di segmen minoritas, milenial, wong cilik, dan muslim moderat (NU dan lain-lain). Prabowo-Sandi dirugikan jika golput banyak terjadi di segmen kalangan terpelajar dan muslim dari FPI, HTI, Jaringan PKS, dan lain-lain," ungkap Peneliti LSI Ikrama Masloman.