Lesunya Pedagang Bendera Tahun Ini
Salah satunya adalah Mudin (24), yang sudah berjualan ornamen khas Hari Kemerdekaan selama empat tahun.
Untuk tahun ini, Mudin mulai berjualan sejak tanggal 25 Juli. Lokasinya tidak menetap, karena ia tak mampu menyewa kios di pasar.
Beberapa hari ia berdagang di daerah Matraman, kemudian pada awal Agustus ia pindah ke Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.
Mudin tak hanya menjual bendera merah putih yang biasa digunakan saat upacara. Ia juga menjajakan berbagai ornamen lainnya.
"Ada bendera yang diikat di bambu, bendera kecil yang digantung berjejer, umbul-umbul warna-warni, ada juga aksesori seperti lampion, hiasan dinding, gantungan ketupat merah putih, bola plastik, ornamen gapura, dan tulisan Dirgahayu RI ke-47," kata Mudin saat ditemui era.id di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (10/8/2019).
Diakui Mudin, dagangan yang paling laku adalah bendera merah putih yang diikat pada bambu.
Ia menjualnya seharga Rp30 ribu untuk ukuran 90 centimeter, ukuran sedang 120 sentimeter seharga Rp45 ribu, agak besar 150 sentimeter Rp55 ribu, dan yang sebesar bendera pusaka ukuran 180 sentimeter seharga Rp80 ribu.
Sementara, bambunya ia jual seharga Rp30.000 dengan ukuran 3 meter.
Sedangkan untuk ornamen, harga paling murah yang dijual Mudin adalah gantungan ketupat seharga Rp10.000, macam-macam ornamen mulai dari Rp30 ribu hingga Rp100 ribu, lampion Rp85.000, dan yang paling mahal adalah bendera merah background untuk di dinding seharga Rp300 ribu per 10 meter.
Pedagang bendera dan ornamen untuk Hari Kemerdekaan (Diah/era.id)
Namanya juga dagangan musiman, Mudin hanya menjajakan bendera pada masa Agustusan saja. Diluar ini, dia berdagang apa saja yang bisa dijual.
Kalau musim hujan, ia menjual jas hujan dan payung. Kalau bulan Ramadan dan tahun baru, ia jual kembang api.
"Kalau enggak lagi ada musim, saya biasanya jual aksesori di pasar malam. Fleksibel aja gitu,” tuturnya.
Pria yang tinggal di daerah Jatinegara ini membeli barang dagangannya di sebuah pabrik konveksi di daerah Garut dan Cirebon. Dari pabrik tersebut, barang dikirim lewat paket secara sekaligus ke beberapa pedagang.
Sambil menunjuk kedua rekan pedagang bendera lain yang berjarak 10 meter dari lokasi jualannya, Mudin bilang mereka juga mendapatkan barang dari pabrik yang sama.
"Bahkan, yang berdagang di Pasar Jatinegara juga dapat barang dari pabrik yang sama dengan saya," jelasnya.
Penjualan lesu
Ekspresi Mudin tetiba lesu ketika kami tanya pendapatan yang ia peroleh dari penjualan bendera tahun ini. Meski belum menghitung seluruh keuntungannya, Mudin mengakui penjualan lebih sepi dibanding tahun lalu.
Tahun lalu, ia bisa untung besar. Hal ini berdampak dari besarnya euforia nasionalisme masyarakat karena sehari setelah Hari Kemerdekaan merupakan momen perhelatan olahraga se-Asia yakni Asian Games.
"Tahun lalu saya bisa untung Rp7 juta. Nah, kalau Sekarang sudah jualan 16 hari baru laku 60 persen, sisa 6 hari jualan. Padahal biasanya mulai awal Agustus sudah banyak yang beli," keluh Mudin.
Susutnya keuntungan penjualan bendera enggak cuma dirasakan Mudin. Sahudi (42), penjual bendera di Jalan Matraman Raya juga juga mengeluhkan sepinya pembeli bendera dan ornamen Hari Kemerdekaan tahun ini.
Pedagang bendera dan ornamen untuk Hari Kemerdekaan (Diah/era.id)
Beda dengan Mudin yang merasa keuntungannya merosot karena tak ada lagi Asian Games, Sahudi beranggapan melorotnya pendapatan karena adanya perayaan Iduladha yang mendekati Hari Kemerdekaan.
Jadi, tak seperti tahun-tahun lalu, Menurut Sahudi, saat ini orang-orang masih disibukkan mempersiapkan kurban untuk Iduladha.
"Tetangga saya juga pada masih sibuk sama kurban, beli hewan dan segala macam. Jadi mereka belum nyiapin bendera di rumahnya," imbuh Suhadi.