Sebuah Acara di Jakarta untuk Tepis Perpecahan di Papua
Jakarta, era.id - Yospan Papua di Car Free Day (CFD) Jakarta sukses menyedot perhatian. Masyarakat yang hadir bersatu padu bernyanyi dan menari tanpa sekat dan perbedaan latar belakang suku.
Acara ini digagas untuk menunjukkan bahwa masyarakat Papua dan Papua Barat dapat hidup berdampingan dengan suku lain. Mungkin pribahasa yang tepat untuk menggambarkannya adalah 'sama rata sama rasa'. Papua berduka, satu Indonesia juga merasakan.
Menko Polhukam Wiranto juga tampak hadir. Tidak hanya menyampaikan sambutan, dia juga terlihat hanyut dalam meriahnya acara ini.
"Ini semua hasil karya kita untuk mengabarkan bahwa torang semua bersaudara. Enggak usah banyak pidato, kita menyanyi. Mau menari? Pak Wiranto nyanyi," ujar Wiranto, dalam acara Yosap Papua, di CFD Jakarta, Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu (1/9/2019).
Dua lagu sukses dibawakannya, mulai dari Apuse hingga Kita Semua Bersaudara. Tidak hanya unjuk suara, Wiranto juga sesekali bergandengan tangan dan menari bersama.
"Untuk mengabarkan kepada seluruh Indonesia dan teman-teman dunia bahwa tidak ada masalah, bahwa kita bersaudara. Dan kita siap menyelesaikan masalah ini sebaik-baiknya," ucapnya.
Salah satu pengunjung asal Tangerang Selatan, Astuti (25) mengatakan, tidak hanya sekedar pertunjukan budaya yang disuguhkan. Tapi lebih dari itu, ada pesan yang ingin suarakan.
"Aku lihatnya masyarakat Papua pengin ngasih tahu, kalau mereka juga bisa hidup berdampingan dan damai. Mereka ingin tunjukkan Papua tetap bersama Indonesia," tuturnya.
Kebersamaan begitu kentara di acara ini. Suasana riang gembira seketika berubah haru saat lagu Tanah Papua dibawakan oleh Frans Rumbinu, pria yang terkenal dengan keahliannya memainkan sisir dan plastik layaknya alat musik saksofon. Dia disebut sebagai Kenny G Sisir dari Papua.
Sejumlah penonton terlihat meneteskan air mata saat mendengar lantunan lagu tersebut. Tanah Papua merupakan lagu kebanggaan masyarakat Papua. Lirik lagunya dalam, membawa siapa pun yang mendengarkannya menerawang jauh melihat kondisi Papua akhir-akhir ini.
Frans Rumbinu juga berusaha mengontrol emosi saat memainkan sisirnya. Dia menahan tangis sambil terus berusaha meniup alat musiknya melanjutkan nada yang terputus.
Setelah dibawa terhanyut dengan lagu Tanah Papua. Pengunjung diajak kembali bergembira, kali ini dengan tarian Yospan Papua. Sejumlah penari menari mengitari panggung, pengunjung pun turut serta.
Panitia acara juga membagikan sovenir berupa baju dan ikat kepala sebagai tanda berbeda kulit, suku, dan budaya bukan penghalang untuk hidup berdampingan di Indonesia.
Pengunjung juga sesekali diminta untuk naik ke panggung dan bernyanyi bersama. Tanpa aja jarak, semua menyatu dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.