Yang Dulu Turun ke Jalan, Yang Kini Duduk di Senayan
Jakarta, era.id - Sejumlah foto anggota DPR RI periode beredar menyusul aksi demonstrasi mahasiswa pada 23-24 September lalu. Fahri Hamzah dan Budiman Sudjatmiko tampak dalam citra yang berseliweran di Twitter. Sebenarnya, bagaimana kiprah mereka selama jadi aktivis?
Fahri Hamzah
Fahri Hamzah saat memimpin KAMMI (Twitter/Dianakimaulana)
Aksi mahasiswa beberapa hari lalu bukan hal baru di Republik ini. Tahun 1998, demonstrasi besar-besaran terjadi menuntut mundurnya Presiden Soeharto yang terkenal otoriter. Fahri Hamzah yang kini menjabat Wakil Ketua DPR adalah salah satu yang bersuara lantang kala itu.
Saat itu, Fahri adalah Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Fahri pernah bercerita, perjuangan mendorong mundurnya Soeharto dari tahta bukan pekerjaan satu malam.
"Waktu itu sengaja Malang dipilih sebagai tempat deklarasi gerakan yang saya ketuai (KAMMI), yakni pada 29 Maret 1998. Tujuannya supaya menunjukkan ke publik bahwa gerakan melengserkan Soeharto itu bukan hanya di Jakarta saja," kata Fahri kepada Kompas.
Fahri menceritakan bagaimana dulu masyarakat bahu membahu dan berkumpul di rapat-rapat gelap di Jakarta. Tepat satu malam sebelum mundurnya Soeharto, beredar isu akan ada pengerahan persenjataan lengkap ke Monumen Nasional (Monas), lokasi yang jadi target akan diduduki mahasiswa.
Malam itu, situasi mencekam. Salah satu informan membisikkan kabar ke Amien Rais yang waktu itu menjabat Ketua PP Muhammadiyah soal pembantaian massal seperti peristiwa di Tananmen, China jika mahasiswa tetap nekat menyambangi Monas.
Hal itu membuat rencana mengepung Monas batal. Aksi besar-besaran baru dilaksanakan dua hari kemudian, 21 Mei 1998. Dalam kondisi serba terdesak, Soeharto pun mengumumkan pengunduran dirinya.
Salah satu tuntutan dari massa pejuang reformasi saat itu adalah pemberantasan korupsi. Kondisi itu kini seolah berbalik. Saat ini Fahri yang telah duduk di Senayan jadi sasaran terdepan aksi demonstrasi. Fahri adalah salah satu anggota DPR yang konsisten mendukung revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK, yang akhirnya berhasil disahkan pada 17 September lalu.
Budiman Sudjatmiko
Budiman Sudjatmiko dalam aksi massa 1998 (Twitter/Dianakimaulana)
Selain Fahri, aktivis reformasi yang sekarang jadi anggota DPR adalah Budiman Sudjatmiko. Budiman yang menjabat sebagai anggota DPR dari PDI Perjuangan ini adalah aktivis dari Partai Rakyat Demokratik (PRD). Sejak awal pendiriannya, PRD telah menunjukkan garis tegas berdiri sebagai oposisi pemerintahan Orde Baru.
Manifesto PRD yang dideklarasikan pada 22 Juli 1996 secara tajam menyerang dan mengkritik kondisi politik dan kondisi sosial ekonomi di bawah pemerintahan Soeharto. Soal melencengnya model pemerintahan Orde Baru dari sistem yang demokratis, misalnya.
Sementara, kondisi sosial-ekonomi yang dikritik adalah kesenjangan sosial akibat kebijakan berorientasi pertumbuhan namun melupakan pemerataan dan distribusi yang adil.
Pergerakan politik yang dijalani Budiman akhirnya membuat dirinya menjadi target operasi aparat pemerintah Orde Baru. Budiman bersama empat aktivis PRD, Petrus Hari hariyanto, Iwan, Ignatius Pranowo, dan Soeroso akhirnya diciduk.
Aparat membawanya ke kantor Badan Intelijen ABRI (BIA) yang kini berganti nama menjadi Badan Intelijen Strategis (BAIS). Di tempat itu, Budiman dan teman-temannya diinterogasi selama satu minggu.
Dalam masa-masa interogasi itu, Budiman sempat berpikir apakah riwayatnya akan tamat saat itu. Namun menurut penuturan dalam pemberitaan, ia mengakui tidak mengalami siksaan saat diinterogasi.
"Kalau saya jujur sih enggak mengalami siksaan. Tapi teman-teman lain bercerita mereka mengalami siksaan juga saat itu," kata Budiman kepada CNN Indonesia.
Setelah itu, Budiman divonis 13 tahun penjara oleh pemerintah atas tuduhan makar. Dia beserta delapan aktivis PRD lain yang tertangkap menjalani masa penahanan sekitar tiga tahun di LP Cipinang hingga tahun 1999. Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memberikan amnesti dan membebaskan Budiman Cs dari penjara.