Petualangan Che Guevara Sampai Eksekusi Matinya

Jakarta, era.id - Ernesto Rafael Guevara atau Che Guevara merupakan seorang pejuang revolusi, dokter, penulis, sekaligus pemimpin gerilyawan. Hampir separuh hidupnya dihabiskan di "jalan". Jalan ditempuh Che adalah jalan menuju pembebasan. Setelah mengarungi jalan panjang sampai berhasil melakukan revolusi di Kuba, akhirnya hari ini 52 tahun yang lalu tepatnya 9 Oktober 1967 perjalanan Che kandas karena dieksekusi oleh militer Bolivia. 

Che Guevara sangat dipengaruhi oleh sosok panglima militer perjuangan kemerdekaan Amerika Selatan, Simon Bolivar. Pasalnya Bolivar menjadi tokoh yang banyak membebaskan banyak negeri di Amerika Selatan dari penjajahan Spanyol seperti Venezuela, Bolivia, Kolombia, Ekuador, Panama, dan Peru. 

Dari situ akhirnya Che terdorong untuk melakukan revolusi di Amerika Selatan untuk membebaskan wilayah tersebut dari Imperialisme Amerika Serikat. Melihat laman history.com, Perjalanan pertama dari orang lulusan kedokteran di Universitas Buenos ini dimulai pada 1950. Che berkelana sejauh 4.500 kilometer menyusuri utara Argentina dengan menggunakan sepeda kayuh yang dipasangi motor kecil. 

Dalam perjalanan itu Che memutuskan berhenti di San Francisco del Chanar, tempat penyembuhan orang yang kena penyakit lepra yang dikelola temannya Alberto Granado. Lalu perjalanan kedua Che dilakukan pada Januari 1952. Ia bersama Granado menyusuri kawasan Amerika Selatan, mulai dari Argentina, Chile, Peru, Kolombia, sampai Venezuela. 

Dalam perjalanan itu ia mendapati kemiskinan dan penindasan kelas bawah terjadi di Amerika Selatan. Hal itu lantas yang membangkitkan semangat juangnya untuk berbuat sesuatu di sana. 

Setelah berhasil menyabet gelar dari Universitas Buenos Aires dalam bidang kesehatan pada 1953, Che memutuskan untuk terlibat dalam organisasi sayap kiri. Semangat itu tak lepas dari rasa prihatinnya akan penindasan terhadap rakyat kecil dari ketika ia melakukan perjalanan panjang. 

Kemudian Che pergi ke Guatemala. Di sana ia menyaksikan revoulusioner Jacobo Arbenz menggelorakan revolusi sosial di sana. Pada saat itu juga ia menyaksikan bagaimana Amerika Serikat berhasil menggulingkan Arbenz lewat kudeta. Che sadar, bahwa AS selalu berhasrat untuk menghancurkan pemerintahan sayap kiri. 

Lanjut pada 1954 Che pindah ke Meksiko. Di sana ia sempat bekerja sebagai dokter maupun jurnalis bagi Latina News Agency. Pengalaman yang ia kumpulkan dari perjalanan tersebut pada gilirannya membawa ia bertemu dengan kelompok revolusioner Fidel dan Raul Castro. Bersama kelompok itu mereka menyiapkan Pergerakan 21 Juli untuk menggulingkan diktator Kuba, Fulgencio Batista. 

Peran Che dalam kelompok ini bukan hanya sebagai medis, melainkan juga berperan sebagai komandan dalam kelompok militer. Gerakan gerilya yang dilakukan che mendapatkan simpati dari rakyat. Banyak anggota baru yang berhasil direkrut. Gerakan revolusi Kuba membawa hasil. Che kemudian membantu berdirinya Kuba di bawah kepemimpinan Presiden Fidel Castro. Che ditunjuk sebagai presiden Bank Nasional dan menteri industri yang membantu Kuba menjadi negara berbasis sosialis. 

Setelah itu, ketika ia merasa sudah tidak sejalan dengan Fidel, Che mengundurkan diri dari pemerintahan Fidel. Ia akhirnya melanjutkan perjalannnya ke Afrika dan mencoba menawarkan pengetahuan dan pengalamannya saat menjadi gerilyawan di Amerika Selatan ke Kongo. 

Namun usahanya tak membuahkan hasil. Pasukan yang dipimpinnya dinilai kurang disiplin. Selain itu perlawanan dari CIA juga membuat Che kewalahan. Perjalanan Che harus berakhir pada 8 Oktober 1987. Militer Bolivia berhasil menangkap pasukan yang dipimpinnya. Akhirnya sehari kemudian Che dieksekusi mati karena upayanya menggoyang rezim Rene Barrientos.