Melihat Venezuela yang Kembali ke Sistem Barter
Tak hanya bayar bensin dengan sebatang rokok, pengendara juga bisa menukar makanan dan permen ketika membayar bensin di SPBU. Hanya dengan beberapa sen dolar AS, bikers di sini akan mendapatkan bensin full tank yang disubsidi. Salah satu pengendara bernama Orlando Molina yang sedang mengisi bensin subcompact Ford Ka mengakui hal ini.
"Anda bisa membayarnya hanya dengan sebatang rokok," ujarnya di Caracas, dikutip AP News, Selasa (29/10/2019). Tanpa uang tunai di dompet mereka, pengendara sering kali menyerahkan satu tas beras, minyak goreng, atau apa pun yang berada dalam jangkauan petugas SPBU.
Tak hanya dengan makanan, saking murahnya bensin di negara ini membuat petugas stasiun sampai tidak tahu berapa harga yang dikenakan. Bahkan, dengan cap thank you dan lambaian tangan warga di sini sudah bisa mendapatkan bensin.
Baca Juga: Menanti Singapura Kecil di Tengah Pasifik ala China
Sistem barter ini mungkin membuat iri pengemudi di luar negeri, tapi faktanya ini adalah buntut dari kekacauan yang terjadi di Venezuela. Sistem barter di pom bensin ini terjadi karena hiperinflasi yang membuat mata uang kertas bolivar sulit ditemukan dan beberapa denominasi atau surat-surat bank atau sertifikat tak berharga.
Ini bukanlah hal baru yang terjadi di Venezuela. Sejak tahun lalu, sejumlah wilayah di negara itu telah melakukan sistem barter. Pada akhir tahun lalu, karyawan Goodyear di Venezuela bahkan menerima 10 ban sebagai pengganti pembayaran pesangon mereka karena penutupan perusahaan di negara itu.
Sementara itu, nelayan di pasar lokal di negara bagian Vargas menukar ikan hasil tangkapan mereka dengan makanan. "Kami menerima bahan-bahan pangan seperti beras, terigu dan gula, karena orang tidak punya uang tunai sama sekali," ujar Roger Rodriguez pada Mei lalu dikutip dari VOA. Rodriguez mengatakan, sebagian pelanggannya menukarkan sekotak makanan yang disediakan oleh pemerintah, yang berisi sedikit protein hewani dengan ikan hasil tangkapannya.
Negara di Amerika Selatan dengan penduduk yang mencapai 30 juta jiwa ini dicengkram oleh krisis ekonomi dan politik yang mendalam. Lebih dari 4 juta warga Venezuela memilih untuk melarikan diri setelah menerima upah yang rendah, fasilitas umum seperti rumah sakit yang tak terawat, hingga kejahatan yang semakin meningkat.
Baca Juga: Mengenal Tiga Jenis Plat Nomor Kendaraan di Jepang
Venezuela dulunya adalah negara makmur yang kaya akan minyak. Negara itu memiliki cadangan minyak terbesar di dunia. Namun Venezuela mengalami gejolak perekonomiannya setelah harga minyak mengalami penurunan drastis pada 2014. Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), inflasi di Venezuela dapat mencapai 200 persen pada tahun ini.
Ekonomi di negara ini jatuh karena maraknya korupsi yang terjadi dalam dua dekade dan kebijakan yang dinilai salah di bawah pemerintahan sosialis. Venezelua di bawah pemimpin Nicholas Maduro terus mendapat desakan dari pemimpin oposisi Juan Guaido yang tak menerima kemenangan Maduro pada pemilu tahun 2013.
Krisis di Venezuela meningkat usai pemimpin Majelis Nasional Juan Guaido menyatakan diri sebagai presiden sementara Venezuela pada 23 Januari. Keputusan Guaido itu didukung oleh Amerika Serikat serta beberapa negara di Eropa dan Amerika Latin.
Sementara itu, Rusia, Turki, China, Iran, Bolivia, dan Meksiko telah menyatakan dukungan mereka untuk pemerintahan Nicolas Maduro. Presiden Nicolas maduro telah menuduh lawan-lawannya dan Amerika Serikat bertanggung jawab atas perang ekonomi dan politik kepada pemerintah.