Reini Wirahadikusumah, Rektor Perempuan Pertama ITB

Bandung, era.id – Begitu terpilih sebagai Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) periode 2020-2025, Reini Wirahadikusumah menyatakan akan melanjutkan budaya inovasi yang telah dibangun oleh rektor-rektor sebelumnya. Menurut rektor perempuan pertama sepanjang sejarah ITB itu, kampusnya memang telah lama memiliki budaya inovasi.

"SDM di ITB banyak dan kami siap untuk melakukan inovasi-inovasi karena budaya inovasi sudah ada di ITB," ujar Reini, saat menjawab pertanyaan jurnalis pascapemilihan Rektor ITB, di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, Jakarta, Jumat (8/11).

Dikutip dari laman resmi ITB, Prof. N. R. Reini D Wirahadikusumah adalah Guru Besar pada Kelompok Keahlian Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB.

Di tempat yang sama, Ketua MWA ITB Yani Panigoro bilang, terpilihnya Prof. Reini sebagai rektor menjadikan sejarah tersendiri bagi ITB karena merupakan perempuan pertama yang menjadi Rektor ITB. "Sidang berjalan dengan lancar dan semua sepakat bahwa yang terpilih adalah Prof. Reini Wirahadikusumah," ujar Yani Panigoro.

Turut hadir pada konferensi pers tersebut dua calon rektor lainnya, yakni Prof. Jaka Sembiring, dan Prof. Kadarsah Suryadi. Yani mengatakan, kedepannya rektor terpilih akan berkolaborasi dari sisi gagasan-gagasan yang telah diberikan oleh Calon Rektor ITB untuk kemajuan ITB dan Indonesia.

Yani berharap, semoga dengan telah terpilihnya Prof. Reini sebagai Rektor ITB untuk lima tahun ke depan, akan membawa perubahan lebih baik bagi ITB yang akan ulang tahun ke-100 tahun. Sehingga itu menjadi tahun yang membuat ITB menjadi lebih baik lagi dan Indonesia menjadi lebih hebat.

"Ketiga calon sudah melalui berbagai proses baik dari panel ahli, debat publik, komunikasi secara terbuka dengan civitas akademika ITB, dan paparan di Sidang Tertutup di MWA ITB. Semuanya sudah tahu bagaimana gagasan-gagasan dari Calon Rektor. Khususnya dengan Mendikbud, para calon juga sudah melakukan wawancara khusus," ujarnya.

Yani juga menyampaikan pesan dari Mendikbud bahwa ITB ke depan harus menyesuaikan dengan perubahan yang akan terjadi. Kepada rektor terpilih, juga harus berkolaborasi supaya ITB ini menjadi lebih baik. Rektor ITB juga harus berani mengambil keputusan, berani mengambil langkah-langkah yang tegas, dan bisa beradaptasi dengan cepat.

Pada 21 April 2019 lalu yang bertepatan dengan Hari Ibu/Kartini, laman resmi ITB menurunkan laporan tentang Prof. Reini. Perempuan yang menamatkan SMA-nya di SMA Tarakanita Jakarta ini disebut sebagai Kartini masa kini.

Ia mengaku tak merasa terganggu berkarier di kampus yang dikenal “maskulin”, apalagi karienya kemudian sampai pada jabatan Guru Besar FTSL ITB, fakultas yang banyak diisi kaum adam. "Saya merasa lingkungan saya adalah tantangan bagi saya untuk berkembang," ucapnya.

Saat berkuliah, ia mengaku tidak menemui adanya masalah gender. Malah ia merasa dianggap kayak laki-laki. Wanita berambut lurus ini juga mengungkapkan bahwa selama menempuh pendidikan ia memang tidak pernah mengalami kesulitan terkait akses dikarenakan jenis kelamin.

"Untuk pendidikan, ya saya sudah beda jaman ya sama era Kartini, kebetulan saya juga besar di lingkungan intelektual, jadi wajarlah saya tidak mengalami hal-hal diskriminatif terkait gender, " ungkapnya.

Namun, tidak berarti ia belum pernah mengalami kesulitan karena kodrat-nya sebagai perempuan. "Saya sejujurnya punya cita-cita besar jadi wanita karier, bahkan sampai tahap direksi ataupun komisaris, tapi ya tentu ini tidak mudah ketika kita harus berkeluarga," jawabnya saat ditanya tentang pilihan karier pasca lulus dahulu. Ia tidak bisa menjalankan mimpi tersebut karena suaminya akan berdomisili di Bandung.

Ia lantas memilih ITB sebagai wadah kariernya. Ia pun mengajar di almamaternya tersebut. Terkait gelar profesornya, ia meyakini bahwa ini adalah hadiah akan dedikasinya yang bukan hanya tercermin dari akademik.

"Menjadi seorang guru besar kan tidak melulu soal akademik. Saya banyak mengambil bagian di kepanitian seperti menjadi Ketua dari Program Implementation Unit, dan lain lain, " tandas ibu dari dua orang anak ini.

Setelah menyandang gelar profesor, kini Reini resmi menjabat rektor. Sebelumnya, ia merupakan satu dari 34 pendaftar kontestasi Pemilihan Rektor ITB yang dihelat sejak Agustus 2019. Para pendaftar ini berasal dari 5 kampus luar ITB dan 29 dari dalam kampus ITB.

Selanjutnya ditetapkan menjadi 30 nomine oleh tim panel ahli, kemudian dipilih menjadi 10 Bakal Calon Rektor. Lalu, melalui Sidang di Senat Akademik ITB ditetapkan menjadi 3 Calon Rektor ITB.

Berikutnya, Majelis Wali Amanat (MWA) ITB menetapkan Prof. Reini Wirahadikusumah MSCE, Ph.D., sebagai Rektor ITB Periode 2020-2025. Penetapan ini berdasarkan hasil Sidang Pemilihan dan Penetapan yang dilakukan MWA ITB di kantor Kemendikbud RI yang dihadiri oleh Mendikbud yang baru, Nadiem Anwar Makarim.

Tag: riwayat pendidikan tri mumpuni