Mahasiswa Difabel Netra Diajak Pindah ke Cimahi
Sebelumnya diberitakan, sejumlah mahasiswa tun anetra Wyata Guna memilih tinggal di trotoar Jalan Padjadjaran, Bandung setelah mereka terusir dari BRSPSDN Wyata Guna. Para mahasiswa bertahan sampai bermalam di trotoar.
Kepala Dinas Sosial Jawa Barat Dodo Suhendar bilang, sejak tahun lalu Pemdaprov Jabar sudah menyatakan kesiapan menampung penghuni Wyata Guna yang harus keluar karena masa rehabilitasinya berakhir.
Pada 28 Oktober 2019, sudah ada serah terima peserta didik dalam sebuah MoU dan prasasti yang ditandatangani Kepala UTPD Panti Sosial dan Kepala SLBN A Kota Bandung disaksikan Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat di Jalan Cibabat, Kota Cimahi.
Ada empat siswa SLBN A Kota Bandung yang pindah dari Wyata Guna. Keempat anak disabilitas semuanya tuna netra masing-masing Naufal, kelas 7 dari Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat; Rohib, kelas 12 dari Cirebon; Adit, kelas 10 dari Kabupaten Bandung, serta Deras, kelas 10 dari Kota Bandung.
Selama tinggal di panti rehabilitasi Cibabat, keempat anak ini tetap bersekolah di SLBN Jalan Pajajaran. Biaya antar jemput siswa sudah ditanggung Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat dengan menyediakan kendaraan pengantar dari Cibabat ke sekolah.
“Arahan Pak Gubernur jelas bahwa semua ini harus ada kolaborasi. Tidak hanya Dinas Sosial dengan Dinas Pendidikan, tapi juga Dinas Perhubungan. Untuk bersekolah dari Cibabat ke Padjajaran kan butuh kendaraan,” kata Dodo.
Menurut Dodo, sebenarnya Dinsos sudah berulang kali membujuk para disabilitas ini untuk pindah ke Cibabat, namun mereka tak mau.
“Kami terus membujuk berulang kali penyandang tuna netra untuk mau pindah, namun mungkin teman-teman netra mempertimbangkan tentang aksesibilitas, kemandiriannya dan pelatihan-pelatihannya. Karena berbeda baik infrastruktur maupun program antara panti di Cibabat dengan yang di Wyata Guna,” jelas Dodo.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menemui mahasiswa disabilitas yang bertahan. Wagub menampung aspirasi para pendemo yang menggelar aksinya di trotoar depan Balai Wiyata Guna, Jalan Pajajaran, Bandung, Rabu (15/01/2020).
Selain mengajak mereka untuk tinggal di UPTD Panti Sosial Rehabilitasi milik Dinas Sosial yang berlokasi di Cibabat, Cimahi, Pemprov Jabar juga siap memenuhi segala kebutuhan para disabilitas. Juga memenuhi fasilitas baik fisik ataupun program vokasi yang biasa mereka dapatkan di Balai Wyata Guna.
"Adik- adik, sekarang hayu kita ke sana (Cibabat), sementara fasilitas- fasilitas lain nanti kita penuhi, bertahap, kalau ada kekurangan bertahap kita penuhi sesuai kemampuan yang ada," tutur Uu kepada para pendemo.
Meski sudah diajak, namun para pengunjuk rasa tetap bersikukuh ingin tinggal di Wyata Guna. "Dari pada 'kekeuh- kekeuh', kemudian malah terjadi hal yang tidak diinginkan, dimanfaatkan oleh pihak- pihak tertentu, lebih baik kita ke Cibabat, sambil ditempuh proses yang diusahakan," katanya.
Usai berdialog, Uu mendapati bahwa sosialisasi mengenai perubahan status Wyata Guna dari panti menjadi balai sudah dilakukan sejak setahun lalu. Meski begitu, ada saja sejumlah penghuni yang masih keberatan keluar dari Balai Wyata Guna dengan berbagai alasan, seperti pekerjaan, pendidikan, dan tempat tinggal.
Pada saat yang sama, saat ini sudah bersiap penyandang disabilitas lain dari 10 provinsi yang siap tinggal dan dilatih di Balai Wyata Guna. Namun karena ada penghuni lama menolak, calon penghuni baru ini tidak dapat masuk.
Uu menegaskan, perubahan status Wyata Guna dari panti ke balai merupakan kewenangan pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Sosial. Sesuai aturan, penghuni Wyata Guna tidak dapat selamanya tinggal karena masih banyak disabilitas lain yang belum mendapatkan haknya. "Bukan berarti kami tidak peduli kepada mereka (penghuni lama)," imbuh Uu.
Kepala BRPSDN Wyata Guna Sudarsono, menuturkan bahwa di semester 1 tahun 2020 akan ada penambahan penghuni disabilitas di Balai Wyata Guna Bandung untuk mendapatkan rehabilitasi dan vokasi. Oleh karena itu asrama perlu ditata untuk penempatan kembali.
Sudarsono menyebut, target 2020 akan ada sekitar 200 penghuni baru. Sehingga mahasiswa yang bertahan walau masa rehabnya telah berakhir akan menghambat proses penerimaan. "Bayangkan ada orang baru yang mau melakukan latihan terganjal. Nah, ini yang kami coba usahakan," kata dia.