Mengingat Kembali Kardus Durian Cak Imin
This browser does not support the video element.
Survei itu dirilis LSI pada Sabtu 27 Januari 2018. Hasilnya, Cak Imin mendapatkan perolehan 14,9 persen mengungguli Zulkifli Hasan yang mendapat 3,8 persen, TGB Zainul Majdi mendapat 2,2 persen, Sohibul Iman 1,9 persen, Romahurmuziy 1,1 persen, dan tidak memilih 76,1 persen.
Survei ini dilaksanakan sejak 20 Desember-31 Desember 2017 dengan metode multistage random sampling dengan margin of error sebesar 2,8 persen ini dengan pertanyaan tertutup dan memunculkan lima nama tadi. Proses ini dilakukan dengan cara tatap muka langsung dengan 1.220 responden.
Meski favorit jadi cawapres untuk saat ini dari kalangan tokoh muda Islam, ternyata nama Cak Imin enggak bersih-bersih amat. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi periode 2009-2014 ini pernah disebut-sebut terlibat kasus korupsi yang terkenal dengan istilah 'kardus durian'. Tapi, namanya lolos dari jeratan hukum kasus tersebut.
Konon, Cak Imin gagal jadi menteri pada era Presiden Jokowi pada 2014-2019 karena kasus ini. Namanya masuk daftar merah KPK ketika Jokowi meminta lembaga antirasuah itu mencari calon menteri yang bersih dari korupsi. Namun, belakangan, Cak Imin mengaku tidak mau jadi menteri karena ingin fokus di partainya.
Kasus kardus durian ini merupakan kasus suap menyuap terkait Dana Penyesuaian dan Infrastruktur Daerah (DPID) Kemenakertrans di Papua pada 2011. Kala itu, Cak Imin menjadi menterinya. Istilah kardus duren mencuat karena uang suap itu dibungkus kardus durian.
Kasus ini terungkap setelah KPK melakukan operasi tangkap tangan tiga orang di lokasi berbeda pada Agustus 2011. Tiga orang itu adalah Sekretaris Direktorat Jenderal Pembinaan, Pembangunan Kawasan Transmigrasi (Ditjen P2KT) bernama I Nyoman Suisnaya; Kabag Program Evaluasi di Ditjen P2KT bernama Dadong Irbarelawan; dan seorang kuasa direksi PT Alam Jaya Papua bernama Dharnawati.
Dari pengungkapan ini, penyidik KPK mengamankan uang yang diduga merupakan suap untuk proyek itu. Uang sebesar Rp1,5 miliar itu disimpan dalam kardus durian yang diberikan oleh PT Alam Jaya Papua untuk Cak Imin.
Kardus durian dipilih untuk membungkus uang tersebut karena gampang ditemukan di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, dekat kantor Kemenakertrans. Kebetulan, penjual durian ada banyak di kawasan tersebut.
Uang suap ini diberikan sebagai komitmen fee dari pengalokasian anggaran DPIP empat daerah di kabupaten Papua, Keerom, Manokwari, Mimika dan Teluk Wondama yang digarap PT Alam Jaya Papua. Pemberi uang ini adalah seorang kuasa direksi PT Alam Jaya Papua bernama Dharnawati dan penerimanya adalah I Nyoman Suisnaya dan Dadong Irbarelawan.
Meski kasus ini sudah selesai, majelis hakim juga sudah menjatuhkan vonis kepada Nyoman dan Dadong tiga tahun penjara, Cak Imin tetap tidak tersentuh. Padahal, selama jalannya persidangan, nama dia kerap disebut menjadi orang yang akan menerima kardus durian itu. Cak Imin pun selalu membantah kardus durian itu ditujukan buat dia.
"Tidak pernah. Tidak pernah ada pembahasan soal uang atau soal fee," ujar Cak Imin saat bersaksi untuk terdakwa Dadong Irbarelawan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Februari 2012.
Belakangan ini Cak Imin makin sering muncul dalam diskursus politik. Beberapa kali pula, Muhaimin nongol di dekat orang-orang Istana, seperti Presiden Joko Widodo. Teranyar, Anggota Komisi I DPR itu duduk bersebelahan dengan Presiden Jokowi saat pada peluncuran kereta bandara beberapa waktu lalu.
Tidak hanya itu, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini gayanya makin milenial di media sosial. Akun Instagramnya pun punya nama yang wow, @cakiminow. Yang dulunya sarungan, sekarang lebih kekinian. Tim era.id pun merangkum transformasi Cak Imin dulu dan sekarang. Silakan simak videonya: