Cerita Pasien Korona Dirawat Hingga Sembuh

Jakarta, era.id - Park Hyun, seorang profesor berusia 48 tahun, bersusah payah untuk menjaga kesehatannya. Dia pergi ke gym lima hari dalam seminggu, selalu mencuci tangan setiap saat dan dan memakai hand sanitizer secara berlebihan. Tapi, semua yang dilakukannya percuma karena ia tetap terinfeksi COVID-19.

Park yang kini telah pulih akhirnya membagikan pengalamannya agar dapat membantu sesama untuk menangkal virus yang sangat menular ini. "Kita harus berhati-hati! Tapi jangan panik dan takut," tulis Park dalam postingan di Facebook pada 8 Maret.

Ia terlalu percaya diri dan naif saat melihat berita tentang wabah virus korona baru tersebut di luar negeri, sampai akhirnya kota Busan, tempat dia tinggal, melaporkan kasus COVID-19 pertama yang dikonfirmasi pada 21 Februari. 

Pada hari yang sama, Park merasakan sakit tenggorokan yang sangat ringan dan batuk kering yang sangat ringan. Ia curiga tertular korona dari warga sekitar rumahnya yang merupakan jemaah Gereja Shincheonji Yesus.

Pada 24 Februari, ia mengalami sesak napas pada dini hari dan langsung menelpon dinas kesehatan setempat dan dijawab, Park tak perlu melakukan tes COVID-19 karena panjangnya antrean dan risiko tinggi penularan virus. Selain itu, gejala yang tampak juga dinilai tak begitu parah.

Namun, gejala Park memburuk pada hari selanjutnya, pihak berwenang menyuruhnya pergi ke rumah sakit terdekat untuk tes. Meskipun masih pagi, sudah ada antrean yang sangat panjang di luar rumah sakit, dan ia diberitahu bahwa harus mengantre selama empat jam.

"Setelah sekitar 30 menit menunggu dalam antrean, saya mengalami dispnea (sesak napas) dan pingsan," ujarnya seperti dilansir Asiaone, Senin (16/3/2020).

Dia kemudian mengkarantina diri di rumah, dan hari berikutnya menerima pesan teks yang menyatakan bahwa dia positif COVID-19.

Park diminta untuk tetap tinggal lagi di rumah selama seharian sambil menunggu dijemput ambulans. Setelah itu, ia diwawancara seorang petugas medis untuk melacak pergerakannya (tracing).

Ia dirawat di ruang isolasi bertekanan negatif di Kosin University Gospel Hospital. Di sana, ia menjalani pemindaian CAT dan beberapa tes lain sebelum ia diberi obat dan bernapas lewat tabung oksigen. Park mulai membaik pada 26 Februari, tetapi nyeri dadanya masih parah.

"Saya merasakan sakit yang membakar di dada dan perut saya, meskipun saya tidak yakin apakah itu karena obat yang saya minum atau virus," tulisnya.

"Aku mengalami sedikit demam dan kondisiku berfluktuasi. Pada awalnya aku merasa seolah-olah ada besi yang berat menekan dadaku. Rasa sakit yang menusuk perlahan-lahan mereda tapi masih terasa seperti ada orang meremas dadaku dengan keras," katanya lagi.

Selain itu, ia merasa sangat lapar, ingin makan tapi susah menelan karena sesak napas. Akhirnya Park dinyatakan sembuh setelah sembilan hari dirawat. meski telah sembuh, ia tetap harus dikarantina 14 hari.

Ia mengucapkan terima kasih kepada staf medis yang merawatnya karena telah memperlakukannya dengan baik. Korea Selatan telah melaporkan lebih dari 8.000 kasus positif COVID-19, 72 diantaranya meninggal dunia.

 

Tag: covid-19