Sambut 2019, Jokowi Terhambat Tiga Isu
Peneliti LSI Danny JA, Adjie Alfaraby berpendapat, faktor ekonomi yang menjadi masalah paling besar penghambat Jokowi. Di antaranya, mahalnya harga sembako, meningkatnya pengangguran, dan sulitnya mencari lapangan kerja.
"Publik belum merasa aman dalam ekonomi. Secara umum masyarakat menilai pengangguran meningkat," ujar Adjie di Kantor LSI Danny JA, Rawamangun, Jawa Timur, Jumat (2/2/2018).
Dalam survei LSI, sebesar 52,6 persen responden menyatakan bahwa harga-harga kebutuhan pokok makin memberatkan masyarakat. Kemudian, sebesar 54,0 persen menyatakan bahwa lapangan kerja sulit didapatkan, dan sebesar 48,4 persen responden yang menyatakan bahwa pengangguran semakin meningkat.
"Mayoritas publik melihat kebutuhan pokok semakin berat 52,6 persen. Lapangan kerja sulit didapatkan ini juga mayoritas, di angka 54,0 persen," ungkap Adjie.
Kedua, Adjie mengatakan, Jokowi rentan terhadap isu primordial. Khususnya agama dan politik. Isu ini diprediksikan bakal mewarnai Pemilu 2019 seperti yang terjadi pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Munculnya kelompok Islam kanan yang kemudian menganggap bahwa dalam memilih pemimpin itu tidak terlepas dari ajaran agama," ucap Adjie.
Dalam survei ini, publik terpecah terhadap wacana pemisahan agama dan politik. Survei menunjukan bahwa sebesar 40,7 persen publik menyatakan setuju bahwa agama dan politik harus dipisahkan. Sementara 32,5 persen publik menyatakan setuju bahwa agama dan politik harus dipisahkan.
Isu ketiga yang bisa menghambat Jokowi, kata Adjie, adalah isu tenaga asing yang merebak di tanah air. Apalagi ketika isu ini muncul di tengah sulitnya lapangan kerja dan tingginya pengangguran di berbagai daerah.
Survei LSI ini menunjukan, baru 38,9 persen yang mendengar isu ini. Dari yang mendengar, sebesar 58,3 persen menyatakan sangat tidak suka dengan isu ini, hanya 13,5 persen yang menyatakan suka atau tidak bermasalah dengan isu tersebut.
Survei nasional ini adalah survei nasional reguler yang dilakukan LSI Denny JA. LSI menggunakan responden sebanyak 1200 pilihan berdasarkan multistage random sampling.
Wawancara dilakukan tatap muka serentak di 34 provinsi dari tanggal 7 sampai 14 Januari 2018. Margin of error plus minus 2,9 persen. Survei dilengkapi dengan riset kualitatif seperti FGD, media analisis, dan depth interview narasumber.