Soal Masker, Warga Selangkah Lebih Maju dari 'Perintah' Kemenkes
Pemandangan orang yang memakai masker, baik itu masker bedah, masker disposal, maupun masker berbahan kain tak jarang dijumpai di jalanan, angkutan umum atau di ruang terbuka. Alasannya beragam, mulai dari menghindari polusi, agar tak tertular penyakit seperti flu, sampai sekadar menutupi muka 'jelek' bila ketiduran di angkutan umum seperti TransJakarta atau KRL.
Produk masker bedah pun gampang ditemui dan dibeli dengan harga yang terjangkau. Sebelum virus korona baru sampai ke Tanah Air, masker bedah mudah ditemui di mini market, emperan stasiun kereta, hingga sebagai compliment untuk pengguna ojek online. Namun, kini masker (terutama masker bedah) menjadi barang langka di Indonesia maupun dunia.
'Tren' pemakaian masker oleh warga sempat disinggung Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto saat virus korona baru pertama kali merebak di Indonesia. Menurut Menkes, terjadi salah kaprah penggunaan masker oleh warga.
"Yang pakai masker itu yang sakit. Yang tidak sakit, yang sehat tidak perlu pakai masker," ujar Menkes dalam konferensi pers di Kemenkes, Jakarta, Senin (2/3) lalu.
Ia mengatakan anjuran itu didasarkan pada keputusan baik dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) maupun dari negara-negara maju dalam hal kesehatan. "Seluruh dunia sama keputusannya," katanya.
Kini Kementerian yang dipimpin Terawan berkata lain. Mereka memerintahkan warga yang ke luar rumah menggunakan masker. Tapi, karena masker bedah dan disposal langka, maka warga dianjurkan memakai masker kain.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan anjuran tersebut berdasarkan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Mulai hari ini, sesuai dengan rekomendasi dari WHO, kita jalankan #MaskerUntukSemua. Semua harus memakai masker ketika berkegiatan di luar," kata Yuri dalam jumpa pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta, Minggu (5/4).
Achmad Yurianto (Dok. BNPB)
Dalam hal ini masyarakat disarankan lebih bijak dan menggunakan masker kain yang dapat dicuci dan digunakan berkali-kali, sebab masker bedah dan N-95 yang sekali pakai dan ditujukan untuk petugas medis.
"Gunakan masker kain karena kita tidak pernah tahu orang tanpa gejala pun bisa menjadi sumber penyebaran penyakit, ketika kita di luar rumah," papar Yuri.
Studi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, menemukan virus korona bukan hanya bisa menular melalui droplet (tetesan) cairan pernapasan tetapi juga dari pernapasan normal dengan orang yang terinfeksi.
Kesimpulan studi yang dipublikasikan di situs Academy of Science Engineering Medicine dan menjawab pertanyaan resmi Gedung Putih itu secara tegas menyebut bahwa virus korona bisa menyebar hanya melalui percakapan dan pernapasan.
Setelah konfirmasi dari para ilmuwan itu, Presiden Donald Trump juga menganjurkan semua warganya mengenakan masker.
"Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) merekomendasikan orang Amerika mengenakan masker kain," kata Trump dalam briefing pers coronavirus, seperti dilansir NYPost, Jumat (3/4).
WHO pun menyatakan dukungan kepada pemerintah yang berinisiatif mendorong masyarakatnya untuk mengenakan masker di tengah pandemi korona.
"Kami melihat keadaan di mana penggunaan masker, baik buatan sendiri maupun masker kain di tingkat masyarakat dapat membantu untuk merespons penyakit ini," ujar Kepala Program Darurat Kesehatan WHO Michael Ryan, dikutip Sabtu (4/4).