Pandemi COVID-19 Bikin Perusahaan Besar Ikut Demo Hari Buruh
The Intercept melaporkan bahwa koalisi pekerja dari Amazon, Walmart, FedEx, Target, Instacart, dan Whole Foods akan melakukan demo pada hari Jumat (1/5/2020) untuk memprotes kondisi kerja selama pandemi COVID-19.
Para buruh mengatakan bahwa perusahaan itu tetap dibuka karena mereka menganggap produk tersebut sangatlah penting bagi seluruh penjuru dunia. Namun, para pekerja melihat laba yang diraih berdampak pada kesehatan dan keselamatan buruh.
Para buruh dari beberapa perusahaan sebelumnya telah mengadakan demo upaya melindungi para pekerja dari penyebaran COVID-19, meskipun sebelumnya mereka belum pernah melakukan demo.
Para pekerja ini mengajukan berbagai tuntutan, termasuk pembayaran selama cuti yang belum dibayar sejak awal Maret, upah cuti sakit, alat pelindung yang disediakan perusahaan, pembersihan setiap saat, dan meningkatkan transparansi dalam tunjangan mereka.
"Kami bertindak bersama Amazon, Target, Instacart, dan perusahaan lain untuk Hari Buruh Internasional untuk menunjukkan solidaritas dengan pekerja penting lainnya untuk perlindungan dan manfaat yang lebih baik dalam pandemi ini," ujar Daniel Steinbrook, seorang karyawan Whole Foods dan penyelenggara demo kepada The Intercept, yang dikutip dari businessinsider, Jumat (1/5/2020).
Christian Smalls, yang dipecat dari Amazon juga ikut berpartisipasi dalam unjuk rasa karena perusahaan menolak untuk menutup gudang ketika seorang pekerja di sana dinyatakan positif COVID-19.
"Sudah waktunya untuk bergabung! Lindungi semua pekerja dengan cara apa pun. Biaya yang tidak dapat kami tabung atau ganti rugi saja sudah cukup. Kembalikan!" tulis Smalls di Twitter.
Aksi unjuk rasa ini datang dari para pekerja penting yang membicarakan kondisi kerja, membuat undang-undang, dan memperhatikan regulator tenaga kerja supaya lebih cermat.
Buruh di Amazon telah mengorganisir untuk melakukan pemogokan di New York, Chicago, Minnesota, dan Italia, dan juga secara virtual. Sebab rekan kerja mereka sudah ada yang terinfeksi COVID-19.
Mereka menyebut tanggapan perusahaan mengenai COVID-19 tidak memuaskan. Namun, pernyataan itu dibantah oleh Amazon, dengan mengatakan bahwa kondisi gudang mengikuti prosedur keselamatan.
"Masker, pemeriksaan suhu, pembersih tangan, peningkatan waktu istirahat, peningkatan upah, dan lebih banyak lagi sudah sesuai standar di seluruh jaringan Amazon," ujar seorang pekerja penting (anonim) di Amazon.
Perusahaan juga membantah terkait tuduhan buruh mengenai kurangnya alat pelindung, tindakan keselamatan yang tidak memadai, dan pembalasan atas aktivisme karyawan.
“Sementara kami menghormati hak orang untuk mengekspresikan diri mereka sendiri. Kami keberatan dengan tindakan yang tidak bertanggung jawab dari kelompok buruh dalam menyebarkan informasi hoaks dan membuat klaim yang salah tentang Amazon. Pernyataan yang dibuat tidak didukung berdasarkan fakta atau perwakilan dari mayoritas dari 500.000 karyawan operasi Amazon di AS," katanya.
Amazon tengah menghadapi masalah dengan berbagai pertanyaan dari Dewan Hubungan Perburuhan Nasional mengenai 'apakah perusahaan itu benar melakukan hal itu', serta penyelidikan yang dilakukan oleh Komisaris HAM di New York terkait masalah yang sama.
Awal pekan ini, jaksa agung New York mengatakan Amazon telah melanggar undang-undang terkait rahasia negara dan memecat Smalls setelah dia mogok kerja.