Kontroversi Ramuan Penawar Korona dari Wakil Rakyat

Jakarta, era.id - Para Wakil Rakyat mendadak 'mengendorse' sebuah produk ramuan herbal asal China. Berawal dari pengalaman Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad yang sembuh dari virus korona gara-gara ramuan yang diberi nama Herbavid-19 itu, DPR kini membeli ribuan bungkus untuk diberikan kepada para penderita COVID-19.

Anggota Komisi VI DPR RI sekaligus anggota Satgas COVID-19 DPR RI Andre Rosiade bahkan sesumbar bahwa ramuan herbal yang di Indonesia disebut jamu itu sudah banyak pasien virus korona yang sembuh setelah mengonsumsi Herbavid-19. 

 

Meski begitu, dalam kemasan Herbavid-19 tak disebutkan jamu itu untuk menyembuhkan COVID-19. "Membantu memelihara daya tahan tubuh, meredakan batuk, demam, dan sakit tenggorokan," tulis khasiat dalam kemasan.

Padahal, dunia internasional masih berburu dan meneliti guna menemukan obat serta vaksin virus korona. Sekali lagi, hingga saat ini obat korona belum ditemukan, bahkan diperkirakan paling cepat baru ada pada akhir tahun ini. 

Satgas COVID-19 DPR bilang, jamu ini bukan impor dari China, tapi diproduksi di Jakarta. Izin edarnya pun sudah keluar tak kurang dari sebulan setelah dibagikan. Jadi jamu tersebut dibagikan sempat dibagikan kepada para pasien korona meski izinnya 'bodong'.

"Perlu untuk diinformasikan bahwa Herbavid-19 diberikan secara cuma-cuma kepada pasien COVID-19, baik yang dirawat di rumah sakit, puskesmas, maupun yang menjalani karantina mandiri," kata Deputi Penerangan Masyarakat Satgas Lawan COVID-19 DPR Arteria Dahlan, Selasa (5/5/2020).

Pada 30 April 2020, Herbavid-19 mendapat izin edar resmi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dengan nomor registrasi TR203643421 sebagai obat tradisional dan suplemen makanan. Bungkus Herbavid-19 ukurannya 170 ml dan didaftarkan oleh SATGAS LAWAN COVID-19 DPR RI, Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Obat tersebut diproduksi Utomo Chinese Medical Center, Jakarta Utara.

Arteria berharap, dengan keluarnya izin edar dari BPOM menyudahi polemik dan menambah semangat Satgas dan Para Dokter dan petugas medis lainnya untuk semakin masif melakukan kerja-kerja kemanusiaan memerangi pandemik.

Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Indonesia juga buka suara atas klaim Herbavid-19 sebagai obat korona. Mereka mengklaim jamu sejenis bisa mereka produksi sendiri di dalam negeri. "Saya orang Indonesia, Ketua GP Jamu, saya keberatan dengan hal ini. Yang saya tahu, kami juga bisa buat formula yang ada di jamu impor itu," kata Ketua Umum GP Jamu Indonesia, Dwi Ranny Pertiwi Zarman, dalam rapat virtual bersama Komisi VI DPR RI, Senin (27/4/2020) pekan lalu.

Herbavid-19 (Dok. RRI)

Sementara itu, pemilik Utomo Chinese Medical Center, William Adi Teja tak bersedia memberikan keterangan seputar produk herbal yang diproduksi oleh pusat pengobatan ala China miliknya. 

Terlepas dari drama herbal, Herbavid-19 memang hanya sebuah ramuan yang terdiri dari bahan lokal seperti Kunyit, buah Forsythia, Akar Manis, Alang-Alang, Rumput Bambu, Daun Poko, dan Nilam, dicampur bahan impor dari China, antara lain kamperfuli, honeysuckle, forsythia, dan biji burdock.

"Kalau benar itu isinya, sepertinya bahan impor, bukan tumbuhan Indonesia," kata Irda Fidrianny, saat dihubungi Era.id, Senin malam (5/5).

 

Irda mengaku belum bisa membedah khasiat dari masing-masing bahan impor yang terkandung dalam Herbavid-19. Apalagi bahan-bahannya bukan dari tumbuhan di Indonesia. "Masalahnya bahan tersebut enggak dikenal sama sekali,” katanya.

Menurutnya, untuk bisa membedah kandungan bahan yang terkandung dalam Herbavid-19 memerlukan literatur atau jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional. Nah, penjelasan ilmiah untuk bahan-bahan impor tentu merujuk pada jurnal internasional.

Jurnal-jurnal tersebut berisi penjelasan tentang bahan obat hasil penelitian di lapangan. Irda sendiri belum mengetahui apakah bahan-bahan Herbavid-19 sudah tercantum di dalam jurnal ilmiah atau belum.

"Saya belum tahu apakah sudah ada di jurnal ilmiah atau enggak. Tapi bisa jadi sudah digunakan secara empiris di negara asal tumbuhan tersebut. Empiris maksudnya digunakan secara turun temurun sebagai obat tradisional," katanya.

Jangan khawatir, pemberian bantuan terus berjalan, tidak hanya obat herbal Herbavid-19, pastinya DPR juga sertakan bantuan-bantuan lainnya seperti Obat gejala Sesak Nafas, obat gejala Diare, APD, masker medis, sarung tangan dan kacamata pelindung kepada RS atau Puskesmas yang merawat pasien terinfeksi COVID-19 yang membutuhkan.

 

Tag: obat korona