Kontroversi Rapid Test, Alat Tes Cepat Tapi Akurasi Rendah
Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarma mengatakan, Kimia Farma telah mengimpor 10.000 boks alattes cepat merek Biozek yang berasal dari Belanda dengan pengiriman melalui special access scheme. Jumlah pesanan alat rapid test tersebut disinyalir mencapai 300.000 kit.
Dari keseluruhan rapid test yang diimpor, sudah distribusikan sebanyak 6.500 boks ke berbagai fasilitas layanan kesehatan, laboratorium pemeriksaan Covid-19, dinas kesehatan daerah provinsi dan kabupaten/kota, serta layanan kesehatan Kimia Farma dan laboratorium Kimia Farma dan sebagian didonasikan. Selain itu, rapid test Biozek tidak didistribusikan secara ritel dan perorangan dan online.
"Kmi tidak melakukan penjualan tes Biozek secara ritel, online sesuai dengan regulasi tentang cara distribusi obat yang baik dan benar (CDOB)," jelas Verdi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR-RI secara virtual di Jakarta, Selasa (21/4) silam.
Soal keakuratan alat rapid test juga diamini oleh Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Letjen Doni Monardo. Berkali-kali Gugus Tugas bilang jika metode rapid test tak begitu jitu mendeteksi COVID-19 karena hanya mendeteksi reaksi dari Immunoglobin terhadap virus dalam darah. Untuk mendapatkan tes paling jitu masih harus menggunakan metode swab atau PCR.
"Tingkat akurasi rapid test ini masih rendah. Makanya sampai sekarang WHO belum jadikan rapid test sebagai alat ukur seseorang terpapar COVID-19. Masih memberikan prioritas kepada pemeriksaan Swab PCR test," katanya.
Sementara itu, produsen Biozek, Inzek, perusahaan bioteknologi asal Belanda, bilang alat tes cepat produknya memiliki akurasi tinggi dalam mendeteksi virus korona baru.
"Validasi dan spesifisitas keseluruhan dari tes cepat Biozek memiliki 98% untuk IgG dan 96%, untuk IgM, yang merupakan trademark untuk tes cepat antibodi," ujar Juru Bicara Inzek, Nathalie Smeeman, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/5/2020).
Inzek juga mengaku terus melakukan penelitian tambahan di berbagai rumah sakit universitas, termasuk Pusat Medis Universitas Amsterdam, Belanda.
"Karena itu, Inzek telah mengambil inisiatif dan mendukung studi tambahan yang hasil tes awalnya positif. Studi dan hasil akhir akan segera kami diterbitkan," ucapnya.