Lenggak-lenggok Perempuan di Panggung Politik
Wakil Ketua Komisi II DPR RI Ahmad Doli Kurnia bilang, keterwakilan perempuan di DPR RI semakin meningkat. Hanya saja, kebanyakan yang terpilih karena punya relasi dengan politikus lain atau sebelumnya telah dikenal sebagai publik figur. Padahal, dia berharap mereka yang terpilih adalah perempuan yang sudah mempunyai sepak terjang yang nyata di tengah masyarakat.
"Kita berharap perempuan yang banyak hadir di DPR punya track record panjang sebagai aktivis perempuan. Tapi bukan hanya sekadar itu, tapi juga aktivis lain yang punya pengalaman yang bisa siap bertarung dengan siapa pun untuk merebut kursi keterwakilan," ujar Doli dalam webinar bertajuk RUU Pemilu: Di mana Kebijakan Afirmasi Keterwakilan Perempuan?, Jumat (16/6).
Menurut Doli, perlu ada akselerasi bagi sumber daya perempuan agar semakin mampu bersaing dengan laki-laki di panggung politik, terlebih jika ingin berada di parlemen. Akselerasi ini, kata politikus Golkar tersebut, diharapkan bisa melahirkan generasi perempuan yang melek politik dan mumpuni dalam jumlah banyak.
Apalagi saat ini, tokoh politik perempuan di Indonesia yang mewakili masyarakat tidak begitu banyak dan bisa dihitung jari. "Misalnya soal afirmasi keterwakilan perempuan kita perkuat tapi sumber daya perempuan tidak mengakselerasi ini akan menjadi masalah," kata Doli.
Anggota DPR Fraksi Gerindra Mulan Jameela. (Mery/era.id)
Untuk itu, Doli mengusulkan agar ke depannya soal akselerasi perempuan di bidang politik ini nantinya dibuatkan aturannya. Sehingga, akan lahir politikus perempuan yang bisa mewakili masyarakat Indonesia bukan hanya kaum perempuan.
"Ini yang pelu kita diskusikan, kalau memungkinkan ada aturan yang mendorong ke arah itu," ucapnya.
Modal politik bagi kaum hawa
Ketua Presidium Kaukus Perempuan Parlemen RI (KPP-RI) Diah Pitaloka mengatakan relasi politik yang disebutkan oleh Doli sebenarnya merupakan modal politik. Dia menjelaskan, ada beberapa modal politik dalam proses elektoral, selain relasi politik yaitu basis politik, logistik, akses media, dan kekuatan sosio-budaya.Tapi Diah tak sepakat jika relasi politik hanya menjadi modal politik bagi perempuan. Menurut dia, laki-laki juga banyak yang menjadikan relasi politik sebagai modal mereka untuk mendapatkan tempat di panggung politik, termasuk kursi di DPR RI.
"Relasi politik tidak hanya khas perempuan. Kalau kita buka, bisa jadi banyak juga teman-teman parlemen laki-laki yang punya relasi politik dan menjadikan itu modal politik untuk kemenangannya," ungkap anggota Komisi VIII DPR RI ini.
Sedangkan Ketua Umum Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Dwi Septiawati Djafar menyebut, ada sejumlah cara agar perempuan yang terpilih sebagai anggota parlemen benar-benar paham soal isu di masyarakat dan mampu terjun ke dunia politik. Salah satunya mewajibkan syarat keanggotaan partai politik minimal dua tahun sebelum pencalegan atau pencalonan.
Artis Rachel Maryam berhasil tiga periode berturut-turut duduk di Senayan sebagai anggota dewan. (Irfan/era.id)
Dwi mengusulkan, agar hal tersebut masuk ke dalam RUU Pemilu yang sedang dalam proses pembahasan oleh Komisi II DPR RI.
"Sehingga tidak ujug-ujug, entah dari mana datang, terdaftar sebagai anggota parpol mendapat KTA kemudian menjadi caleg dalam nomor urut yang bagus juga," kata Dwi.
"Sehingga ada proses internalisasi visi misi parpol," ungkapnya.
Dwi juga menilai, partai politik harusnya bisa memastikan orang yang duduk dan ditempatkan sebagai anggota legislatif perempuan yang bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
"Meskipun parpol berpikir pragmatis yang penting bisa menang, bisa menempatkan dewan banyak tapi parpol harus bisa memastikan orang-orang tersebut memahami visi misi mereka," tegasnya.