Pencarian Solusi Jadi Muara Ide Ekonomi Kreatif
This browser does not support the video element.
"Kalau inovasi, permulaan dengan kita. Punya kesadaran apa yang kurang dengan diri kita, dengan kebutuhan kita dan keluarga," kata Ilham di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (8/2/2018).
Ketika kesadaran terbentuk, lanjut Ilham, maka timbul di dalam benak mencari solusi. Sekiranya yang kurang, dibenahi. Sementara yang telah terbentuk dengan baik, ditingkatkan.
"Apa yang dilihat kurang, ada masalah yang kita hadapi, kita mencari solusi," lanjutnya.
Dalam praktiknya, solusi untuk hambatan yang kerap datang bisa menjadi ide kreatif. Namun, biasanya keberhasilan ide berasal dari solusi atas permasalahan besar. Itu juga yang dilakukan motivator besar mengolah solusi menjadi materi untuk masyarakat.
"Solusi itu juga, sering kali juga, memberikan solusi bagi semua orang. Itu yang saya lihat banyak inovator yang sukses, itu dia mulai dengan apa yang dia lihat kurang," tuturnya.
Contoh lain, lanjut Ilham, pendiri Facebook Mark Zuckerberg. Ilham berpendapat, Mark berhasil menciptakan media komunikasi skala kampus yang kemudian menjadi media komunikasi interaktif yang paling diminati masyarakat dunia.
"Dia hanya mencari solusi terhadap keperluan dia komunikasi dengan teman-teman waktu dia kuliah, dia tidak memiliki waktu untuk bertemu dengan mereka. Kemudian dia membuat Facebook, tapi kemudian menjadi satu hal yang besar," ucapnya.
Di Indonesia, kata Ilham, ada tiga ide bisnis besar ekonomi kreatif. Adapun ide itu adalah busana, kuliner dan kria. Dari situ, pengusaha dapat menjawab tantangan terkait pemenuhan kebutuhan akan tiga ide tersebut. Menurut dia, untuk dapat sukses tidak hanya diperlukan minat dan kemauan tetapi juga harus inovatif.
"Menurut saya tidak semua anak muda harus terjun ke situ. Hanya yang paling penting, bidang apapun yang kita geluti, kita senang dengan bidang itu. Jadi kalau kita lihat 3 besar Indonesia dalam bisa ekonomi kratif adalah busana, kuliner dan kria. Kalau suka busana harus bisa mendesain kalau suka kuliner harus seperti itu. Tapi kalau mau sukses kita memang harus inovatif," tandasnya.