Viral Cuitan IAMVANESSAGUILLEN, Tagar yang Menyoroti Pelecehan Seksual Militer AS
Vanessa Guillen merupakan seorang Private First Class di pangkalan Fort Hood, Texas. Atas kejadian itu, kini Militer Amerika Serikat menjadi sorotan akibat kematian prajuritnya.
Kematian wanita berusia 20 tahun itu diduga dibunuh setelah mengaku kepada pihak keluarganya bahwa ia mengalami pelecehan seksual. Tentunya, kasus ini menjadi ungkapan maraknya penyerangan seksual yang terjadi di lingkungan militer. Terungkapnya kasus ini memicu sejumlah wanita buka suara terkait pengalaman serupa yang mereka alami saat menjalani tugas sebagai tentara.
Kepergian Vanessa Guillen (Foto: Twitter/@Ron_Nirenberg)
Berita meninggalnya Guilen membuat warganet mengkampanyekan tagar #IamVanessaGuillen untuk mengekspos pelecehan seksual di kalangan militer. Kabarnya kasus pelecehan ini ditutup serapat mungkin karena takut karier pelaku akan terancam. Tagar itu membuat banyak survivor angkat bicara. Mereka mengunggah foto Vanessa Guillen dan foto mereka sendiri.
<blockquote class="twitter-tweet"><p lang="en" dir="ltr"><a href="https://twitter.com/hashtag/IAMVANESSAGUILLEN?src=hash&ref_src=twsrc%5Etfw">#IAMVANESSAGUILLEN</a> <br><br>In 2006 I was brutally raped by a member of the United States Coast Guard. I was locked up in a closet for reporting the rape. I was blamed, shamed, and eventually lost my career. <br><br>Help find <a href="https://twitter.com/hashtag/VanessaGuillen?src=hash&ref_src=twsrc%5Etfw">#VanessaGuillen</a> and prosecute all involved in this cover-up. <a href="https://t.co/IGp9FulRGC">pic.twitter.com/IGp9FulRGC</a></p>— Panayiota Bertzikis (@panayiotab) <a href="https://twitter.com/panayiotab/status/1276267447310602241?ref_src=twsrc%5Etfw">June 25, 2020</a></blockquote> <script async src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script>
"Pada 2006 saya diperkosa secara brutal oleh seorang anggota penjaga Amerika Serikat. Saya dikurung di sebuah lemari karena dilaporkan atas dugaan pemerkosaan. Aku disalahkan, dipermalukan, dan akhirnya kehilangan karier," ungkap @panayiotab.
"Hal gila mengenai #IAMVANESSAGUILLEN adalah saat kamu mengklik tanda pagar itu. Kamu akan terkejut dengan bagaimana cerita-cerita itu sama persis, terjadi di banyak instalasi militer yang berbeda. Atasan kami hanya membiarkan itu bisa terjadi," tulis @simply_jaanaae.
"Pada 2017 saya ditempatkan di luar negeri, dan 3 bulan kemudian saya dilecehkan secara seksual oleh seorang penerbang. Pada tahun 2019 saya dibius dan diperkosa oleh sesama penerbang lain. Ketika saya melaporkannya, kepemimpinan saya menjelaskan bahwa mereka tidak mempercayai saya," tulis @Crystalized_Ani
Mantan tentara dengan akun Twitter @renee_vincent juga menyatakan bahwa ia pernah diberi obat bius dan diculik sebelum diperkosa. Tapi pelakunya masih bebas melanjutkan karir sebagai tentara. Sementara, wanita yang dilecehkan harus dikeluarkan karena dituding punya penyakit seksual.
"Saya baru saja masuk usia 20 tahun. Saya bahkan belum selesai pelatihan ketika saya diserang. Saya melaporkan. Pria itu mengaku dan 4 wanita lain angkat bicara. Pria itu dibebaskan. Dua anggota juri E8 tertawa di wajah saya setelah memberikan putusan 'tidak bersalah.' Pria itu mendapat promosi. Saya menderita PTSD," ujar seseorang dengan aku @mf_potato.
Kampanye #IamVanessaGuillen serupa dengan gerakan #MeToo yang membongkar kasus pelecehan seksual di tempat kerja.
"Saya pikir tagar #IamVanessaGuillen adalah benar-benar saat di mana pria dan wanita militer merasa mendapat kekuatan untuk angka bicara. Militer belum pernah mempunyai gerakan #MeToo hingga sekarang," kata Kolonel Don Christensen, mantan kepala jaksa Angkatan Udara AS yang dikutip dari USA Today, Rabu (8/7/2020).
Saat ini, Christensen menjabat sebagai presiden Protect Our Defenders, sebuah organisai nasional ingin mengakhiri pemerkosaan dan serangan seksual di militer.
"Rasa takut terhadap retalisasi telah membungkam terlalu banyak survivor. Saya melihat ini bisa menjadi potensi laut perubahan yang menerobos resistensi dari jenderal dan laksamana yang ingin melanjutkan status quo," kata Christensen.
Don Christensen dari Protect Our Defenders mengaku hanya sedikit pelaku yang berani bertanggung jawab.
"Kita tahu lebih dari 20 ribu serangan seksual melibatkan prajurit aktif pria dan wanita pada 2019. Tapi dari semua itu hanya 139 yang divonis melakukan serangan seksual," ujar Christensen.