Ramalan Tentang Kondisi Pulau Jawa di Masa Depan

Jakarta, era.id - Para ahli dan raja-raja kuno pernah meramal bagaimana kondisi Pulau Jawa di masa mendatang. Ada beberapa poin penting, menurut para ilmuwan, Pulau Jawa dikabarkan bakal mengalami krisis air.

Kondisi terkini, seperti dilansir dari BBC, kajian resmi pemerintah memprediksi bahwa Pulau Jawa bakal kehilangan hampir seluruh sumber air bersih pada tahun 2040.

Dalam catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), faktor terbesar penyebab krisis air di Jawa adalah perubahan iklim. “Ada perubahan siklus air yang membuat lebih banyak air yang menguap ke udara, karena peningkatan temperatur akibat perubahan iklim,” jelas Heru Santoso dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

LIPI juga menyebut, sejumlah faktor pemicu krisis air berasal dari pertambahan penduduk hingga alih fungsi lahan. Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara terkaya dalam sumber daya air, karena menyimpan 6 persen potensi air dunia. Salah satunya di Pulau Jawa. Tak heran kalau wacana pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan mengemuka setahun belakangan. Lantas, bagaimana ramalan raja-raja kuno di Jawa melihat Pulau Jawa di masa depan?

Banjir di Jakarta (Commons Wikipedia)

Heru menambahkan, alih fungsi lahan dari area resapan menjadi pemukiman dan daerah industri mengancam sumber air di Jawa. "Jawa masih menjadi daerah industri andalan. Tahun 2040 diprediksi semua wilayah di Pantai Utara Jawa mulai dari Banten sampai Surabaya akan menjadi wilayah urban yang berpotensi mengalami defisit ketersediaan air,” tutur Heru.

Ia menekankan pentingnya menghemat air. “Ada daerah yang kekeringan, sementara ada juga daerah yang sampai kelebihan air. Neraca air ini harus diseimbangkan,” ujarnya.

Jayabhaya (1135-1157) banyak memprediksi bahwa nanti akan muncul teknologi canggih buatan manusia. Ditelaah secara bebas, ada bunyi ramalan Jayabaya dalam kitab Musasar yang menyangkut masa depan Jawa, "besuk yen wis ana kreta tanpa jaran (kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda) yang berarti mobil; Tanah Jawa kalungan wesi (Pulau Jawa berkalung besi) menggambarkan rangkaian rel kereta api; Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang (Perahu berjalan di angkasa) yang diartikan sebagai pesawat atau helikopter."

Selain itu, ada juga ancaman air laut yang bisa menenggelamkan daratan seperti di kisah-kisah fiksi. Berdasarkan riset tim peneliti geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dikutip dari BBC menjelaskan, di Jakarta Utara setiap tahunnya telah terjadi penurunan permukaan tanah dengan kedalaman mencapai 25 senti. 

Banjir di Jakarta (Commons Wikipedia)

Selebihnya, pihak ITB merinci, tanah Jakarta Barat turun sampai 15 senti per tahun, Jakarta Timur, 10 senti, Jakarta Pusat 2 senti. Sementara, di Jakarta Selatan penurunannya sekitar 1 senti. Data ini mengindikasikan bahwa potensi Jakarta tenggelam cukup besar. “Jika tidak dilakukan apa-apa, maka pada tahun 2050 sekitar 95 persen wilayah Jakarta Utara sudah berada di bawah laut.” ujar Heri Andreas, seorang doktor di bidang geodesi ITB yang terlibat dalam penelitian.

Tag: