Di Bolivia, Obat Korona Palsu dan Beracun Justru Dicari Orang
ERA.id - Orang-orang di Cochabamba, Bolivia, yang panik dengan meningkatnya kematian akibat COVID-19 di kota itu, antre setiap pagi untuk membeli cairan pembersih yang konon bisa jadi obat alternatif untuk virus korona.
Antrian di depan toko yang menjual disinfektan berbahan klorin dioksida, yang diketahui menyebabkan infeksi bagi yang meminumnya, terjadi bahkan ketika Kementerian Kesehatan Bolivia memperingatkan bahwa kemujaraban disinfektan adalah hoax. Terakhir, lima orang di kota La Paz, ibukota Bolivia, menderita keracunan akibat meminum disinfektan, seperti dilaporkan Associated Press, Sabtu (18/7/2020).
Dr. Antoniu Viruez, dokter yang menangani kelima pasien, mengatakan bahwa seorang dari mereka menyangka telah mengidap COVID-19 dan kini menderita pneumonitis akibat menenggak sebotol kecil disinfektan dan obat yang biasa dipakai untuk menangani infeksi parasit. Keadaan keempat pasien lainnya makin membaik.
Penggunaan disinfektan berbahan klorin dioksida tengah gencar dipromosikan oleh pihak DPR Bolivia yang dikuasai pihak oposisi. Bahkan, minggu lalu, senat Bolivia menyetujui RUU yang mensahkan "produksi, pemasaran, penyediaan, dan penggunaan cairan klorin dioksida dalam pencegahan dan penanganan virus korona."
Namun, RUU ini memerlukan persetujuan dari Presiden interim Jeanine Áñez yang saat ini tengah dikarantina akibat positif terinfeksi COVID-19. Selama ini ia selalu berseberangan dengan mantan Presiden Evo Moralez, yang dipaksa lengser akibat skandal kecurangan pemilihan umum.
Banyak orang khawatir masyarakat Cochabamba di area-area kota y ang dikuasai pihak oposisi akan mencoba menenggak disinfektan tersebut. Kota Cochabamba telah melaporkan sekitar 440 kasus kematian akibat COVID-19, atau setara dengan seperempat dari total kasus kematian di seluruh Bolivia. Namun, angka pastinya dipercaya lebih tinggi dari itu.
Federico Anza, seorang penjual klorin dioksida di sebuah toko di Cochabamba, mengatakan bahwa ribuan orang telah membeli cairan disinfektan tersebut dan meminumnya setetes demi setetes.
"Istriku dan aku meminumnya, dan kami baik-baik saja," kata dia kepada Associated Press.
Ia mengatakan bahwa pelanggannya tidak sakit setelah meminum cairan pembersih tersebut, padahal otoritas kesehatan setempat telah melaporkan 10 kasus keracunan dari klorin dioksida selama pekan lalu.
Seperti dikatakan oleh Fernando Rengel, presiden dari asosiasi ilmu pengetahuan di Cochabamba, ada mitos bahwa cairan beracun tersebut "ajaib" dan bisa mengobati kanker, AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, "namun, belum ada penelitian yang membuktikan mujarabnya cairan tersebut."
Klorin dioksida sendiri adalah obat palsu yang sering sekali dipromosikan, terutama oleh kelompok penipu online, sejak pandemi bergulir. Di Amerika Serika dikenal Miracle Mineral Solution (MMS), produk dengan komposisi serupa, yang oleh beberapa gereja dipasarkan sebagai pengobatan COVID-19, autisme, dan penyakit lainnya.
Namun, otoritas Obat dan Makanan AS (FDA) telah merilis peringatan publik bahwa MMS bisa menyebabkan mual, muntah, diare, dan dehidrasi parah.