Kemungkinan Gibran Lawan Kotak Kosong, PDIP: Itu juga Demokrasi yang Sehat
ERA.id - Pasangan calon kepala daerah di Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) Solo 2020 yaitu Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa diproyeksi bakal melawan kotak kosong pada Desember mendatang dan membuat 'cacat' proses demokrasi. Menurut PDI Perjuangan yang merupakan partai pengusung paslon tersebut, melawan kotak kosong pun bagian dari demokrasi
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, adanya anggapan tersebut menunjukan bahwa basis legitimasi yang dimiliki Gibran kuat, dan kotak kosong juga bagian dari demokrasi yang sehat.
"Mahkamah Konstitusi telah mengatur, ketika ada kecenderungan orang menjadi calon tunggal karena basis legitimasinya cukup kuat, maka tetap masyarakat diberikan opsi kotak kosong. Jadi itu juga sebuah proses demokrasi yang sehat," ujar Hasto dalam acara webiner, Jumat (24/7/2020).
Dalam kesempatan itu Hasto juga menyinggung soal kemungkinan munculnya paslon tandingan untuk Gibran-Teguh dari jalur independen. Menurutnya, maju dari calon independen itu bukan hal yang mudah. Maka, munculnya calon penantang tersebut dianggap sebagai proses demokrasi yang berjalan dengan baik di Kota Solo.
Untuk diketahui, syarat dukungan yang ditetapkan KPU adalah 35.870 suara untuk syarat dukungan calon perseorangan.
Baca juga: Anak Seskab Pramono Anung Ikut 'Bertarung' di Pilkada 2020
"Syarat menjadi calon independen itu tidak mudah, harus mendapatkan dukungan representasi dari pemilih yang ada di Kota Surakarta, maka ini menjadi sebuah cermin, bahwa proses demokrasi tetap berjalan dengan baik di Kota Solo meskipun mas Gibran anak seorang presiden," papar Hasto.
Tak hanya di Kota Solo saja, Hasto juga meyakini proses demokrasi saat Pilkada 2020 tetap berjalan di Pilbup Kediri yang menghadirikan paslon putra Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Hanindhito Himawan Pramono dan Dewi Maria Ulfa.
Hasto mengatakan, tak ragu dengan kemampuan Gibran dan Dhito dalam memenangkan hati konstituennya. Sebab, keduanya diketahui kerap turun langsung ke masyarakat jauh sebelum dicalonkan oleh PDIP.
Lebih lanjut, Hasto mengatakan bahwa justru dengan banyaknya dukungan itu, adalah sebuah tantangan baru bagi Gibran, Dhito, dan kepala daerah PDIP lainnya, untuk menampilkan suatu model kepemimpinan yang benar-benar mewakili seluruh harapan masyarakat.
"Justru kami yakin dukungan ini akan membuat Mas Gibran dan Mas Dhito semakin bekerja keras. Artinya menjadi motivasi," kata Hasto.
Sebelumnya, Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin menilai dipilihnya Gibran dan Ditho sebagai calon kepala daerah di Pilkada 2020 menandakan bahwa PDIP belum siap melahirkan calon kepala daerah hasil kaderisasi internal partainya.
"Partai belum siap dan gagal dalam melahirkan calon-calon pemimpin daerah dan nasional yang lahir dan proses kaderisasi internal partai yang baik," kata Ujang saat dihubungi, Senin (20/7/2020).