3 Kecemasan Utama Pasien Kanker Paru yang Menggangu Proses Terapi Selama Pandemi
ERA.id - Dunia saat ini sedang dihadapkan dengan pandemi COVID-19 yang pertama kali muncul di Wuhan pada bulan Desember 2019 yang membawa berbagai dampak khususnya terhadap dunia kesehatan dan keberlangsungan hidup pasien, termasuk pasien kaker paru.
Bekerja sama dengan Cancer Information & Support Center (CISC), Gerakan Nasional Indonesia Peduli Kanker Paru (IPKP) melakukan survei mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku pada penyintas kanker di era pandemi untuk memetakan dampak pandemi COVID-19 pada penyintas dengan menggunakan platform online, dan direspon oleh 355 penyintas kanker di seluruh Indonesia.
Inilah yang menjadi dasar dilakukannya survei untuk mempelajari tindakan oleh penyintas kanker dalam masa pandemi saat ini.
Survei yang dilakukan tersebut menunjukan hasil yang sangat baik terutama terkait pengetahuan responden tentang COVID-19 dan upaya pencegahan yang perlu dilakukan untuk meminimalisasi risiko penularan.
“Tercatat sebanyak 73 persen dari seluruh responden yang mendapat informasi cukup terkait pencegahan COVID-19, seperti selalu memakai masker, cuci tangan, jaga jarak dan menjaga imunitas tubuh. Selain itu, 60,1% responden mengakui tingkat kecemasan mereka akibat COVID-19 cukup rendah," menurut dr. Elisna Syahruddin, PhD, Sp.P(K)Onk dikutip dari siaran pers yang diterima Era.id dari CISC.
Tiga hal yang sering memicu kecemasan penyintas kanker selama pandemi adalah memburuknya kondisi pasien akibat COVID-19, ditunjukkan di angka 38,8%, selanjutnya 29,2% responden cemas terhadap terganggunya proses terapi dan 22,5%-nya akan gangguan akses ke pusat layanan kesehatan.