QPop Tak Sekadar Soal Eyeliner, Tapi Soal Kazakhstan
ERA.id - Debut tahun 2015, band QPop Ninety One mendapat cibiran karena namanya yang identik dengan musik pop asal Korea. Gaya musisi QPop yang metroseksual tak terlalu dinanti publik Kazakhstan yang konservatif dan baru saja merdeka dari negara adidaya Rusia.
Lalu, bagaimana para pria pemakai eyeliner ini menaklukkan kaum muda Kazakhstan?
Qazaq pop, atau Qpop, adalah genre musik yang sangat mirip dengan Kpop dari segi tampilan, hingga ritme musiknya. Namun, meski belum menggelegar seperti KPop, genre QPop sudah menjadi fenomena musik tersendiri di Kazakhstan.
Salah satu band paling terkenal dalam genre ini adalah Ninety One. Lagu debut mereka di tahun 2015, “Ayptama”, memperlihatkan kelima anggota band bergaya rambut shaggy di depan kamera, sambil bernyanyi dalam ritme musik electronic dance music (EDM).
Seluruh tampilan QPop seakan meniru formula KPop. Namun, lagu-lagu terbaru dari Ninety One mulai menunjukkan jatidiri QPop. Hal ini bisa dilihat dari salah satu lagu mereka di album Men Emes (2009).
Bagian tersebut dinyanyikan secara rap oleh Shymaq dalam bahasa Kazakh sembari duduk di kursi tradisional Kazakhstan, 'yurt'. Berikutnya, ia bergaya dengan seekor elang di lengannya. Kaum Kazakh yang nomaden memang punya tradisi untuk memelihara elang.
Pada 2019 lalu, Ninety One merilis The Hu. Video ini telah ditonton 12 juta kali di Youtube, dan menjadi video mereka yang paling populer sejauh ini.
"Kami sadar bahwa Bahasa Inggris adalah bahasa paling populer di dunia," kata anggota grup Ninety One. "Namun, kami ingin menunjukkan keindahan bahasa kami dalam lagu-lagu kami. Itulah kenapa kami terus bernyanyi dalam bahasa Kazakh."
Setelah Ninety One makin populer lewat label JUZ Entertainment, banyak band dan penyanyi tunggal QPop bermunculan. Misalnya, Alba dan DNA.
"Jika kamu melihat genre ini secara permukaan, maka, ya, QPop itu mirip dengan KPop," kata anggota boy band DNA. "Kami tak bisa menyembunyikan pengaruh budaya Korea. Dan kami pun sama-sama orang Asia."
Kultur QPop adalah kendaraan bagi kaum muda Kazakhstan menuju perubahan sosial, kata asisten profesor Roald Maliangkay dari Australian National University. Baginya, ada banyak faktor yang mempengaruhi para perempuan untuk menjadi fan band Ninety-One.
"Namun, salah satunya adalah keinginan untuk menjadi generasi yang berbeda, lebih modern, serta mendobrak pengaruh kultur China dan Rusia," kata Roald.
[IG] 190928 moozcoffee story updates with Ninety One and other q-pop artists at the fansign in Mooz Cafe in Almaty#NinetyOne #Тоқсанбір #AZ #BALA #ACE #ALEM #ZAQhttps://t.co/md98uGnA0V pic.twitter.com/eUz5tMrRNt
— Ninety One Global (@ninetyoneglobal) September 28, 2019
Konstelasi politik Kazakhstan mendorong pemuda Kazakh untuk memiliki identitas kultur dan etnis yang berbeda dengan Rusia. Sehingga, ketika KPop lebih banyak dipengaruhi brand dan agensi marketing, QPop berakar pada pencarian identitas Kazakhstan.
Saat ini QPop telah masuk ke genre musik arus utama di Kazakhstan. Mereka juga memberi pengaruh yang kuat dalam pergerakan pemuda.
Salah satu member Ninety One, ZAQ, merupakan anggota organisasi pemuda dari partai politik pemerintah, Zhas Otan. Tahun 2018, ia membacakan pidato di depan anggota organisasi tersebut yang berisi dorongan untuk melindungi kultur nasional Kazakhstan melalui musik, khususnya lewat QPop.