Motif Baru Tawuran Zaman Now: Eksis di Media Sosial

ERA.id - Tawuran di Kota Bambu Utara, Palmerah, Jakarta Barat, yang melibatkan pelajar SMP, beberapa waktu lalu, mengungkap motif baru tawuran di kalangan pelajar. Bukan lagi soal motif dendam, melainkan agar bisa eksis di media sosial Instagram.

Hal itu diungkapkan Kapolsek Palmerah Kompol Supriyanto. Kedua kelompok yang berseteru terlibat bentrok kemudian diabadikan dalam video dan diviralkan di media sosial.

"Memang sengaja itu mereka viralkan agar tayang di media sosial. Jadi sepertinya mau menunjukkan jago-jagoan saja," kata Supriyanto di Jakarta, dikutip Antara, Selasa (1/9/2020).

Pelaku yang terlibat tawuran, menurut Supriyanto, merupakan anak-anak dari RW8 dan RW3 Kota Bambu Utara, Palmerah, Jakarta Barat.

Supriyanto mengatakan, sebanyak 16 anak di bawah umur itu mengaku bangga, ketika video tawuran diviralkan oleh akun media sosial ternama.

Tawuran tersebut dilakukan pada Sabtu (29/8) dini hari, dan berlangsung selama lima menit. Saat diperiksa, anak-anak tersebut berusia antara 12-14 tahun. Tawuran tersebut ditujukan untuk direkam dan diviralkan ke media sosial.

Anak-anak tersebut sudah dipulangkan ke rumah orang tua masing-masing, lantaran masih di bawah umur.

"Kami sudah panggil orang tuanya dan diminta untuk membuat surat pernyataan. Rencananya akan kami panggil pihak sekolah juga," ujar Supriyanto.

Kendati demikian, mayoritas dari anak-anak itu sudah tidak bersekolah sehingga tidak takut ketika diancam akan dilaporkan ke pihak sekolah. "Mayoritas sudah enggak sekolah. Jadi tidak takut jika diancam KJP dicabut," ujar Supriyanto.

Selain itu, pihaknya masih mencari barang bukti berupa senjata tajam yang dipakai pelaku tawuran. Diduga senjata tajam mereka telah dibuang, ketika dikejar oleh aparat polisi.

Supriyanto mengakui tawuran di Kota Bambu Utara sudah sering, dan membuat warga terbiasa. Dia mengaku tengah mencari solusi agar dapat meredam tawuran yang diinisiasi anak-anak labil itu.

Namun, pihak Polsek Palmerah butuh dukungan dari para orang tua pelaku tawuran dan tokoh masyarakat setempat agar tawuran tidak terus berulang.

>