Slogan KB "Dua Anak Lebih Baik" Tak Mempan di Bali
ERA.id - Slogan Keluarga Berencana (KB) yang umum kita dengar adalah "dua anak lebih baik", namun di Bali, itu diganti dengan slogan empat anak. Apa yang menyebabkan Bali menggantinya?
Slogan empat anak juga pernah diutarakan Gubernur Bali, Wayan Koster. Ia mengampanyekan empat anak. Hal itu lantas ditanggapi Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pusat yang baru dilantik, Hasto Wardoyo.
Hasto mengatakan, meski sebuah kebijakan menyangkut semua orang, belum tentu mereka memiliki kesamaan. "Kalau misalkan saya punya anak empat bisa mengatasi semua, belum tentu orang yang miskin atau prasejahtera bisa mengatasi semua masalah di keluarga," kata Hasto, 2019 lalu, dikutip dari Liputan 6.
Karena itu, dia ingin terlebih dulu ingin mendengarkan dan mengetahui persoalan yang dialami. "Jadi, kita menahan asumsi. Saya sowan ke Pak Gubernur dulu-lah," kata mantan Bupati Kulon Progo itu menambahkan.
Hal itu juga ditanggapi Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, Putri Suastini Koster. Katanya, angka demografi penduduk asli Bali di pulau Bali menurun.
Kondisi tersebut karena tertanamnya kampanye KB di masyarakat, serta pola pikir dua anak agar tidak merepotkan orangtua. "Namun, melihat kondisi di Bali saat ini di mana jumlah orang Bali malah trennya menurun, sepantasnya kita kembali pada ajaran leluhur kita yang menganjurkan empat anak," kata Putri.
Hal itu dibenarkan pula oleh Kepala Dinas Disdukcapil-KB Bali, I Gusti Agung Ketut Kartika Jaya Seputra. "Kita ketahui bersama saat ini, populasi anak dengan nama 'Nyoman' dan 'Ketut' sudah mulai langka. Karena itu, sesuai arahan Bapak Gubernur, kami susun program untuk kembali kepada konsep keluarga warisan leluhur kita di Bali, yakni anjuran untuk empat anak," kata Seputra.
Dia menambahkan, program ini bukan sekadar anjuran untuk memiliki lebih dari dua anak. "Namun, juga ada pertimbangan dari berbagai aspek keluarga berencana. Intinya tetap berpegang pada koridor KB," Seputra menambahkan.
Sekadar diketahui, dalam adat istiadat masyarakat Bali, setiap anak memiliki nama depan yang sesuai dengan urutan kelahiran. Anak pertama bernama Wayan, Putu, atau Gede; Anak kedua diberi nama Made, Nengah atau Kadek; anak ketiga diberi nama Nyoman atau Komang; anak keempat diberi nama Ketut.
Untuk anak kelima dan seterusnya biasanya urutan nama kembali ke pertama, lalu anak keenam memakai nama anak kedua dan seterusnya sampai anak terakhir.