Budiman Sudjatmiko: Anak Muda Jangan Sampai Salah Sejarah

ERA.id - Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia, Budiman Sudjatmiko menilai gerakan mahasiswa saat ini butuh imajinasi baru. Budiman berharap mahasiswa tak terjebak nostalgia masa lalu dan harus menyongsong masa depan yang cerah.

Menurut aktivis gerakan mahasiswa 1998 ini, anak muda khususnya mahasiswa bisa terjebak nostalgia cerita masa lalu karena ketidakpuasan dan kegelisahan masa kini.

"Anak muda selau tidak puas dengan masa kini. Ada yang mengajak 'yuk kembali ke jaman orde baru, yuk kembali ke jaman kekhilafahan'. Ada yang ingin kembali ke 20-100 tahun ke belakang. Anak muda harus songsong mas depan," kata Budiman dalam Webinar 'Mendambakan Gerakan Baru' dalam Pekan Raya Nasional Mahasiswa yang digelar oleh ID Next Leader, Senin (14/9/2020).

Penggagas Undang-Undang Desa ini juga mengajak mahasiswa jangan sampai salah sisi sejarah. Menurutnya, pilhannya cuma dua yakni kembali ke masa lalu atau songsong masa depan. Ia lantas mengajak mahasiswa berpikir ke masa depan karena pasti masa depan akan datang.

"Anak muda harus punya Kecerdasan Sejarah supaya tak ada di sisi salah sejarah"," katanya.

Budiman memperkenalkan konsep Trisakti ABC, dengan merujuk pada konsepsi Trisakti Bung Karno. Ia menjelaskan bahwa konsep Trisakti ABC mencakup tiga ide penting yang terdiri atas 3A (alami, asasi, abadi), 3B (berdana, berdata, berdaya), dan 3C (cinta, cita, cipta).

Ia menjelaskan 3A terkait dengan gerakan selaras dengan alam, pemerataan akses ekonomi, dan keberlanjutan. Sedangkan 3B terkait dengan penghasilan masyarakat yang mencukupi, terjaminnya hak atas data, dan akses pengembangan diri, 

Sedangkan 3C berhubungan dengan kemunculan generasi kaya ide-ide futuristik dan kemampuan menciptakan inovasi yang dipersembahkan kepada masyarakat luas.

Terkait cinta, cita, dan cipta, ia mengatakan generasi muda harus mencintai apa yang dilakukan mereka saat ini untuk menggapai cita dan memunculkan karya atau cipta.

Selain itu, perkembangan teknologi juga menuntut gerakan mahasiswa yang lebih efisien dan fleksibel.  Gerakan mahasiswa harus berdampingan dengan kemajuan teknologi. Ia mencontohkan kalau dulu sikap politik seseorang harus disuarakan lewat cara-cara konvensional melalui tulisan, poster, bahkan aksi demonstrasi. Kini semua itu sudah diganti dengan teknologi digital.

"Sekarang cukup posting status, bikin thread, atau status di media sosial untuk tahu sikap politik seseorang,"  lanjutnya.

Lulusan Clare Hall, University of Cambridge ini juga menegaskan gerakan mahasiswa harus dapat menghidupi diri dan organisasinya, menjaga haknya atas data yang dimiliki dan mempunyai semangat memperjuangkan pengembangan diri untuk berdaya.

"Gerakan mahasiswa harus mengambil peran penting dalam kerja mewujudkan tatanan yang harmoni antara manusia dengan ekologi berbasis teknologi," ucapnya.