Mengenang Tatang S.Komikus Horor Kesukaan Anak 90-an
ERA.id - Medio 1980-an saat komik Indonesia mulai surut, nama Tatang S., atau Tatang Suhenra, kian dikenal. Apalagi saat masa 1990-an, anak-anak SD begitu akrab dengan komiknya yang banyak dijual di pasar atau depan sekolah.
Ya, komiknya itu banyak judulnya dan tokohnya Petruk dan Gareng. Tatang S. mengambil karakter punakawan di dalamnya. Masih akrab? Kalau belum, pernah baca komik misteri pendek dan ada karakter hidung panjang di dalamnya? Nah, itulah karya Tatang S.
Ternyata, selain Petruk dan Gareng, tokoh punakawan lain yang muncul dalam komik karya Tatang S. adalah Bagong dan Semar, meski kehadiran keduanya tak terlalu kerap muncul.
Dalam komik Tatang S. punakawan tidak hadir sebagai pengasuh dari para ksatria. Mereka hadir untuk dirinya sendiri dan tidak melayani siapa pun. Kreatif dan jenaka memang kalau diingat-ingat.
Komik Tatang S. disukai rakyat kelas bawah yang merasa terwakili oleh karakter para tokoh yang dihadirkan oleh Tatang S. Petruk dan Gareng digambarkan sebagai anak muda pengangguran, kerja serabutan, banyak utang, dan sesekali mancing ikan untuk menghabiskan waktu.
Walau miskin, mereka pandai merayu perempuan pujaan, tampil necis, dan peduli lingkungan dengan rajin meronda, apalagi tiap malam Minggu. Duh, memang penceritaan dalam komiknya begitu mudah kita cerna dan akrab dalam kehidupan kita.
Pemilihan tokoh Petruk dan Gareng, sebagai pembawa cerita dengan karakter seperti itu, dalam catatan Gun Gun Gunawan dalam “Kajian Gaya Visual Storytelling Tatang Suhenra” (jurnal Demandia Vol. 01 No. 01, Maret 2016) adalah sikap Tatang S. untuk menyampaikan pesan bahwa kisah-kisahnya adalah cerita rakyat jelata.
“Petruk, Gareng, dan Bagong merupakan representasi sosok pembaca dari kelompok masyarakat Indonesia yang memiliki kesulitan, kegundahan, dan menemukan masalah yang menghambat cita-cita atau mimpi mereka,” tulisnya.
Umumnya komik karya Tatang S. mengangkat banyak cerita dan genrenya ada 3, yakni roman, horor, dan pahlawan super. Dalam horor, ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Mochtar Lubis dalam pidato kebudayaannya pada 1977 yang berjudul “Manusia Indonesia”. Menurutnya, salah satu ciri manusia Indonesia adalah percaya takhayul.
“Manusia Indonesia juga percaya pada segala rupa hantu, genderuwo, jurig, orang halus, kuntilanak, leak. Gamelan, gong juga ada yang bertuah, dan hanya boleh dimainkan pada waktu-waktu tertentu saja. Likantrofi, kepercayaan, bahwa manusia menjelma dalam binatang, tersebar luas di seluruh Nusantara kita,” tulisnya.
Ada beberapa judul yang lekat dan mudah kita ingat, yakni: Hantu Tukang Ojek, Ririwa, Hantu Darah Kotor, Pocong Slebor, Setan Emosi, Setan Perawan, Hantu Pohon Sawo, Dendam Mayat Busuk, dan masih banyak lagi.
Tak mengherankan jika komik punakawan karya Tatang S. laris manis dan banyak diterbitkan oleh sejumlah penerbit seperti Gultom Agency, Jaya Agency, Sandro Jaya, Cahaya Agency, dan Nur Agency. Jangkauan distribusinya pun sampai ke pedesaan.
Tatang S. meninggal pada 2003 akibat penyakit diabetes. Namun, seperti sapaannya yang khas yang “… tak akan habis, … tak akan hilang“, ia tetap diingat para pembaca karyanya.