Sejarah BH atau Kutang untuk Pakaian Dalam Wanita
ERA.id - Di Indonesia, bra disebut sebagai beha atau kutang atau BH. Ternyata, sejarahnya, jauh sebelum ada beha, orang-orang Indonesia terutama di Jawa dan Bali, mengandalkan kemben untuk membungkus dadanya.
Belakangan, konsep penutup dada atau sekarang dikenal dengan bra atau buste holder (singkatan dari BH) yang berarti pemegang payudara dalam bahasa Belanda, lalu masuk ke Indonesia.
Dulu orang-orang Eropa pada abad ke-16, mengenal penutup dada yakni korset. Korset dipakai wanita dari kalangan aristokrat Eropa yang berguna menampakkan pinggang dan mendorong payudara mereka ke atas.
Menurut Cultural Encyclopedia of the Breast (2014), seorang sosialita bernama Mary Phelps Jacob lebih dulu menciptakan BH pada tahun 1910 karena terinspirasi korset ketika akan mengenakan gaun.
Itu berawal dari ketidaknyamanannya dalam menggunakan korset yang sudah berabad-abad digunakan wanita Eropa di berbagai belahan dunia.
"Bra pertama pada dasarnya hanya dua saputangan yang dijahit bersama, sehingga sangat ringan dan harus diikat di lehermu. Ini terlihat seperti bikini halter top," ujar Lynn Boorady, dari Buffalo State University dilansir dari Times.
Beha dari Jacob itu lalu dipatenkan tanggal 3 November 1914 dan Jacob mendapat uang karena produk tersebut. Sayangnya, bra ciptaannya kian dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga bra sesuai khittahnya tak dipakai industri lagi.
Berakhirnya korset
Jauh sebelum orang-orang mengenal bra buatan Jacob, pada masa Perang Dunia I, kebutuhan akan logam dunia cukup tinggi dan saat itu para perempuan masih bergantung pada korset.
Korset berakhir setelah pekerja perempuan yang makin hari makin meningkat yang otomatis membuat produksi besi untuk korset semakin menjadi-jadi. hasilnya, stok korset dihentikan dan logam untuk korset, yang digunakan dalam pembuatan bahan keperluan perang.
Melihat kesempatan itu, Jacob memanfaatkan peluang yang ada. Ia menciptakan bra dan produk buatannya berhasil mengganti korset tepat pada tahun 1910. Pada akhir 1918, perkembangan fesyen di Amerika Utara akhirnya banyak memamerkan bra sebagai pakaian dalam wanita.
Saat itu, pengguna bra makin masif. Meski demikian, Jacob tidak pernah mengubah ciptaannya menjadi suatu bisnis. Ia justru menjual hak patennya ke The Warner Brothers Company, di Bridgeport, Conn, sebesar US$ 21 ribu Rp285 juta.
Kutang
Lain lagi ceritanya tentang kutang. Wanita Indonesia dulunya mengandalkan kemben. Jauh sebelum itu, hanya mengenakan kain penutup tubuh saja. Pada zaman Hindia Belanda, wanita yang berjalan di muka umum tanpa mengenakan penutup dada merupakan hal yang biasa.
Anehnya, saat perempuan berbaju minim pada masa lampau, tak mendatangkan birahi pada pria di Indonesia. Masalah birahi justru muncul di kalangan pria Belanda. Dari sinilah, muncul nama kutang.
Bra masuk di Nusantara karena pengaruh dari wanita Belanda yang menggunakannya. Mereka bermukin di Indonesia sejak tahun 1920-an. Lidah orang Indonesia saat itu menyebut BH. Kemudian, banyak juga yang mengucapkannya sebagai kutang.
Hal itu merujuk pada novel berjudul Pangeran Diponegoro karangan Remy Sylado. Di buku itu, Remy menjelaskan asal-muasal istilah kutang. Saat itu, dalam proyek pembangunan jalan raya pos Anyer-Panarukan, Belanda mempekerjakan budak perempuan dan laki-laki. Don Lopez, seorang pejabat Belanda, melihat budak perempuan bertelanjang dada.
Dia kemudian memotong secarik kain putih dan memberikannya kepada salah seorang di antara mereka sembari berkata dalam bahasa Prancis: “tutup bagian yang berharga (coutant) itu.”
Berkali-kali dia mengatakan “coutant.. coutant” yang kemudian terdengar sebagai kutang oleh para pekerja.