Sejarah Tradisi Baju Baru Lebaran, Ternyata Dimulai Sejak Zaman Nabi

ERA.id - Tradisi memakai baju baru saat Hari Raya Idul Fitri telah menjadi bagian penting dari budaya di berbagai negara Muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Lantas, bagaimana sejarah tradisi baju baru lebaran?

Meskipun tidak ada catatan sejarah pasti tentang asal usul tradisi memakai baju baru lebaran, beberapa sumber mengatakan bahwa tradisi ini berasal dari praktik kaum Arab pada zaman Nabi Muhammad SAW.

Alasan orang Arab pada khususnya dan Muslim pada umumnya berbelanja sebelum Idul Fitri, berkaitan dengan ajaran Islam yang menganjurkan seorang Muslim untuk tampil glow up sebaik mungkin di hari Idul Fitri.

Sejarah Tradisi Baju Baru Lebaran

Mengenakan pakaian baru, wangi, dan potong rambut adalah bentuk lain dari perayaan Idul Fitri. Dilansir dari scoop empire, tradisi ini telah berlangsung sejak awal berdirinya Islam 1.400 tahun yang lalu.

Tidak hanya di Indonesia, tradisi membeli baju baru sebelum lebaran juga terjadi di Mesir yang menyebut pakaian baru yang Anda kenakan untuk Idul Fitri sebagai 'pakaian Idul Fitri'.

Tidak jarang, akan ditemukan beberapa orang yang bercanda menanyakan “apakah ini sudah Idul Fitri”, ketika melihat teman mereka membeli baju baru.

Banyak dari umat Muslim akan merayakan Idul Fitri dengan berdandan dan mengenakan pakaian terbaik mereka untuk pergi keluar dan bertemu dengan teman atau sanak saudara.

Umat Muslim memulai rangkaian acara dengan shalat Idul Fitri di pagi hari. Idul Fitri sendiri adalah tradisi yang terkenal dari sejarah Islam dan juga ditunjukkan sebagai Sunnah.

Nabi Muhammad (SAW) dikenal mengenakan jubah terbaiknya pada hari Idul Fitri. Hal tersebut yang membuat para pengikutnya melakukan hal yang sama.

Perlu diketahui, setiap Budaya memiliki gaya dan selera berpakaiannya sendiri yang juga dapat berbeda dari satu orang ke orang lain sesuai dengan kesukaan mereka.

Sebagai contoh di Pakistan, pria dan wanita mengenakan pakaian tradisional mereka, Shalwaar Kameez. Di Indonesia, wanita mengenakan pakaian (Kebaya) dan hijab (Kerudung).

Sedangkan di Barat, Muslim berasal dari latar belakang budaya yang beragam tidak memiliki gaya tertentu yang sama. Namun orang-orang muslim barat selalu mengenakan pakaian dari budaya Muslim lain (selain budaya mereka sendiri).

Jika kini kita dapat membeli pakaian dari toko-toko dan gerai-gerai, namun dua puluh, lima puluh, atau enam puluh tahun yang lalu, orang-orang akan melakukannya dengan cara yang sangat berbeda.

Di masa lalu orang-orang lebih memilih menjahit kain menjadi pakaian (unsplash)

Dahulu, sebelum toko-toko ritel menjadi sesuatu yang populer, orang-orang biasa membeli kain yang berbeda dengan berbagai ukuran dan mulai menjahit pakaian mereka sendiri untuk Idul Fitri.

Banyak dari orang-orang yang menjahitkan kain yang terinspirasi dari majalah mode internasional yang mereka ikuti. Hingga kini mungkin, banyak kakek dan nenek Anda yang masih tidak percaya bagaimana tradisi Idul Fitri yang sangat penting tersebut tidak lagi digunakan.

Namun, meskipun baju baru telah menjadi bagian penting dari budaya Idul Fitri, kita harus selalu ingat bahwa nilai dan makna sebenarnya dari Idul Fitri adalah untuk merayakan kemenangan akhir Ramadhan dan memperkuat ikatan kebersamaan dengan keluarga dan sahabat. Baju baru hanyalah pelengkap dari tradisi yang lebih besar ini.

Dalam kesimpulannya, tradisi memakai baju baru saat Hari Raya Idul Fitri memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Meskipun asal usulnya mungkin berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW, namun seiring dengan perkembangan waktu, tradisi ini telah menjadi bagian penting dari budaya Idul Fitri di Indonesia dan negara-negara Muslim lainnya

Selain sejarah tradisi baju baru lebaran, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman