Trump Belum Legowo dan Masih Akan Tolak Hasil Pilpres AS Dalam Waktu Dekat
ERA.id - Setelah kandidat presiden AS dari Partai Demokrat, Joe Biden, dideklarasikan menang dalam pilpres AS, Sabtu (7/11/2020) malam waktu setempat, Presiden Donald Trump dan timnya dikabarkan masih belum legowo dan belum akan menerima hasil tersebut dalam waktu dekat.
Sang presiden, yang selama berbulan-bulan berusaha menyerang keabsahan proses pemilu, pada Sabtu lalu justru menyatakan akan menggunakan proses peradilan untuk membatalkan kemenangan Biden. Sang presiden didukung sejumlah pendukungnya di Partai Republik, meski dukungan tersebut tidak solid.
"Pemilu ini jauh dari kata selesai. Joe Biden belum dinyatakan sebagai pemenang di negara bagian manapun, apalagi di negara-negara bagian yang bakal melakukan penghitungan suara ulang, atau negara-negara bagian yang sedang memproses gugatan yang valid dari tim kami, yang nantinya akan menentukan siapa pemenang sesungguhnya," sebut Trump dalam pernyataan yang dirilis tim kampanyenya, Sabtu siang lalu, seperti dikutip dari Reuters, Minggu.
Di lain pihak, ada sejumlah pendukung dan penasihat Trump yang tidak secara publik menyatakan bahwa kans sang bekas pebisnis New York, untuk memenangkan gugatan atau untuk kembali menghuni Gedung Putih, sangatlah tipis. Sementara mereka mempersiapkan sang presiden untuk menerima hasil pilpres AS, mereka juga membiarkan proses peradilan berjalan hingga selesai.
"Kemauannya untuk menghitung ulang suara, atau mengajukan gugatan, harus dituruti. Namun, bila nanti tidak ada perubahan apapun (dari proses itu), maka ia harus mengakui hasil pilpres," kata salah satu penasihat Trump yang berbicara pada Reuters.
Saat ini negara-negara bagian yang sedang memproses gugatan hasil pilpres dari tim kampanye Trump adalah negara bagian Georgia, Michigan, dan Nevada.
Di Pennsylvania, majelis hakim menyetujui gugatan tim Partai Republik dan meminta agar 'surat suara provisional' - surat suara dari pemilih yang lupa membawa KTP ke TPS atau namanya tidak tercantum dalam daftar pemilih - disendirikan dan para pengawas tim Republik diberi akses yang lebih luas untuk melihat proses hitung suara. Para pakar hukum menilai gugatan seperti ini tak berarti apa-apa terhadap hasil pemilu AS.
Selain itu, Reuters juga mendapatkan informasi bahwa tim kampanye Partai Republik saat ini sedang menghimpun dana hingga 60 miliaran rupiah untuk membiayaai gugatan mereka ke pengadilan.
"Ia (Trump) ingin memastikan bahwa setiap surat suara dihitung dan ia juga meminta agar proses berjalan transparan. Itu retorika yang sedang dijalankan oleh Trump," kata salah seorang bekas pejabat Gedung Putih.
Donald Trump sendiri sedang berada di lapangan golf pribadinya di Virginia ketika Biden diumumkan memenangi pilpres AS. Pada Sabtu siang ia dikabarkan telah kembali ke Gedung Putih sambil memakai topi "Make America Great Again", namun, dengan raut wajah yang tidak terlalu sumringah. Di luar kompleks kepresidenan itu, pendukung Biden tengah melakukan perayaan atas kemenangan mereka.
Seiring berjalannya waktu, makin banyak anggota Partai Republik yang khawatir bahwa Trump akan membuat pekerjaannya selama 4 tahun ini dicampakkan dengan sia-sia jika ia tak mampu segera menjalankan transisi pemerintahan secara elegan. "Ia tak akan mungkin maju lagi sebagai capres pada tahun 2024 bila saat ini ia dipandang sebagai pecundang yang menyedihkan," kata seorang anggota Kongres AS dari Partai Republik kepada Reuters.
Trump saat ini, seperti disampaikan oleh host Fox News Laura Ingraham, harus memutuskan kapan ia akan menyatakan diri menerima seluruh hasil pilpres. Banyak figur dalam kalangan pendukung Trump yang digadang-gadang akan mencoba mempersuasi sang Presiden untuk mempersiapkan pidato pengakuannya, mereka terdiri dari wakil presiden Mike Pence, kepala staf presiden Mark Meadows, hingga menantunya, Jared Khusner.
Namun, saat ini, seperti dilaporkan oleh CNN, belum ada pernyataan dari Gedung Putih mengenai hasil pendekatan mereka terhadap sang Presiden yang masih belum bisa legowo itu.