60.000 Pasien COVID-19 Jejali Rumah Sakit AS, Ruang Jenazah Penuh
ERA.id - Di tengah meroketnya infeksi COVID-19 di Amerika Serikat selama dua pekan terakhir, jumlah pasien COVID-19 yang opname di rumah-rumah sakit juga membludak. Selasa (10/11/2020) lalu jumlah pasien COVID-19 di rumah sakit RS sentuh angka 60.000 orang, memecahkan rekor-rekor sebelumnya.
Seperti dicatat oleh COVID Tracking Project, yaitu organisasi relawan yang mengumpulkan data infeksi korona di AS, pada Selasa lalu jumlah pasien COVID-19 di RS AS mencapai 61.694 orang. Jumlah ini 2.024 pasien lebih banyak daripada rekor sebelumnya, yang terjadi pada 15 April lalu.
Saat ini, di Amerika Serikat, tiap hari ada 1.661 pasien yang harus opname karena terinfeksi COVID-19.
Angka-angka tersebut makin terasa mencemaskan karena juga berhubungan dengan kenaikan angka kematian akibat COVID-19. Berdasarkan pantauan CNN saja, pekan lalu sempat dalam tiga hari berturut-turut AS mencatatkan lebih dari 1.000 kematian akibat COVID-19 per harinya. Pada hari Selasa lalu lebih dari 1.300 pasien COVID-19 meninggal.
Jika ditotal, ada 239.000 warga AS yang telah kehilangan nyawanya karena pandemi COVID-19 ini, seperti dinyatakan oleh Johns Hopkins University. Masih akan ada kira-kira 100.000 kematian lagi dalam waktu dua bulan ke depan akibat infeksi korona, kata institut kedokteran di Universitas Washington.
Seiring meningkatnya angka kematian, rumah-rumah sakit di AS pun mulai kehabisan ruang penyimpanan jenazah. Di salah satu kota di Texas saja enam tempat penyimpanan jenazah yang tersedia sudah penuh. Mereka kini membutuhkan tiga ruang penyimpanan jenazah lagi, seperti dilaporkan CNN.
Negara-negara bagian di area Midwest, seperti Illinois dan South Dakota dilaporkan tengah berjibaku menanggulangi gelombang masuknya pasien COVID-19 di rumah-rumah sakit setempat.
"Jumlah kasus infeksi akan tercermin pada jumlah opname pasien COVID-19, dua hingga empat pekan berikutnya," kata Kim Malsam-Rysdon, Sekretaris Kesehatan South Dakota, pada CNN.
"Jumlah kematiannya akan bisa kita lihat lagi lebih belakangan."
Selain makin banyaknya pasien COVID-19 yang tumbang karena infeksi tersebut, banyak pihak kini khawatir terhadap kesehatan tenaga medis yang kelelahan ketika harus menghadapi gelombang pasien yang masuk.
"Kami makin kehabisan tenaga kesehatan terlatih," kata Dr. Bruce Vanderhoff, kepala dokter di kementerian kesehatan negara bagian Ohio, AS.
Berita menggembirakan dari vaksin COVID-19 Pfizer/BioNTech pada Senin lalu, dan disetujuinya satu obat antibodi monoklonal untuk terapi bagi pasien korona di AS, memberi secercah harapan bagi warga dan juga tenaga kesehatan di rumah-rumah sakit Amerika Serikat. Pejabat kesehatan publik AS, Dr. Anthony Fauci, hanya bisa mengatakan bahwa, melihat meningkatnya infeksi COVID-19, ia memperkirakan kalau wabah COVID-19 di AS akan bertambah buruk.
"Itulah kenapa kami berharap pada warga Amerika Serikat agar bersikap serius terhadap wabah ini," kata Dr. Fauci.
"Bertahanlah sedikit lagi," kata dia pada CNN, Selasa lalu. "Lakukan apa yang harus kamu lakukan, dan knita akan baik-baik saja."