Sejarah Ruko di Indonesia dari Zaman ke Zaman
ERA.id - Ruko atau rumah toko bagi orang Tionghoa ternyata punya sejarah menarik di Indonesia. Rumah unik ini sepanjang sejarah Tionghoa di Indonesia, menjadi elemen penting bagi pedagang Tionghoa.
Mengapa jadi elemen penting? Sebab, ruko dianggap tepat untuk menjalankan aktivitas komersial sekaligus sebagai tempat tinggal. Atas dasar itu pula, fungsi ruko dianggap efektif dan bisa bersaing di pasar perdagangan real estate.
Efektif yang dimaksud adalah pemilik ruko dapat mengawasi lbarang dagangannya sekaligus mengurangi biaya transportasi, karena tidak perlu pindah dari rumah atau mencari gudang yang besar.
Dosen Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, Adrian Perkasa, menuturkan, jenis arsitektur ini dibawa masyarakat Tionghoa dari China Selatan atau tepatnya dari Provinsi Fujian.
Ruko dikenal dengan nama Teng-a-kha di Fujian oleh orang Hokkien. Ruko saat itu menjadi pemandangan setiap hari masyarakat di Taiwan. Karena mayoritas imigran Taiwan berasal dari Fujian, jadi mereka akhirnya mengadopsi bangunan ini.
Secara garis besar, bentuk ruko memiliki fungsi dan penggunaan ruangan yang hampir sama dengan rumah Tionghoa. Meski begitu, ada beberapa pembeda ruko dengan rumah Tionghoa. Seperti kawasan ruko biasanya dibangun berderet dan berada tepat di tepi jalan serta dideretkan dalam satu kawasan hingga membentuk blok. Karena berderet dan diapit dengan ruko tetangganya, jenis bangunan ini hanya memiliki satu fasad, yakni pada bagian depan.
Adrian menyebutkan, konstruksi ruko di Indonesia hampir sama seperti di Malaka dan Georgetown. Ruko biasanya dibangun di atas sebidang tanah dengan ukuran tertentu. Di beberapa tempat, lantai pertama ruko dimundurkan sedangkan lantai kedua dibangun lebih lebar yang berfungsi sebagai peneduh. "Denahnya biasanya berbentuk persegi panjang tapi tidak punya gerbang seperti pada rumah," ujar Adrian dilansir Kompas.com.
Dulunya, pola ruang pada bangunan ruko pecinan masih memiliki ruang hunian di lantai dasar. Kini, ruang tamu berfungsi ganda sebagai toko atau workshop. Di belakang toko atau tempat berdagang ini, terdapat ruang tidur atau ruang istirahat. Namuan ruangan ini tidak menempel melainkan dirancang dengan sekat berupa lorong.
"Kalau dia punya altar, altar akan diletakkan di antara kamar tidur dan ruang tamu," tutur Adrian.
Setelah itu beberapa ruangan seperti ruang keluarga, ruang makan, kamar mandi hingga sumur berada di lantai satu. Adrian menyebutkan, di lantai dua pada pola ruang ruko awal ini hanya berisi kamar tidur.
Dalam jurnal Devin Defriza Harisdani dan kawannya, berjudul Identitas Fungsi Ruko Kesawan, perkembangan ruko di Indonesia dimulai sejak tahun 1800-an di daerah Bandung yaitu oleh saudagar-saudagar besar. Para saudagara itu berdagang di atas lahan mereka yang berbentuk melebar. Dengan pemanfaatan lahan depan untuk toko dan sisi belakang lahan untuk fungsi hunian.
Sejalan dengan perkembangan jaman saat harga tanah semakin mahal dan terbatas. Saudagar-saudagar tersebut kemudian membagi lahan mereka kebelakang untuk dijual. Dengan terbatasnya lahan, dilakukan usaha untuk menaikkan bangunan yang memisahkan fungsi hunian di atas dan fungsi toko atau kerja di bagian bawah.
Susunan ruko inilah yang menciptakan suatu kawasan perdagangan. Semakin berkembangnya kawasan tersebut, menyebabkan nilai ekonomis kawasan meningkat. Sampai hari ini, pembangunan ruko menjadi tak terkendali, pengembang yang kurang memperhatikan syarat hunian dan non hunian yang bercampur dalam kawasan tersebut, akhirnya membuat pembangunan tidak manusiawi dan menghilangkan identitas lingkungannya.