PAN Setengah Hati Dukung Jokowi

Jakarta, era.id - PAN membuka peluang tidak mendukung Joko Widodo pada Pemilu 2019. Partai yang dipimpin Zulkifli Hasan itu, beralasan tidak mau ada calon tunggal pada gelaran pesta demokrasi lima tahunan ini.

PAN bahkan berencana bergabung dengan Gerindra pada 2019. Gerindra bukan partai baru yang dikenal PAN. Gerindra adalah masa lalu PAN di 2014. Ketua Umum PAN Hatta Rajasa pernah jadi pendamping Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2014. Tapi, mereka kalah dengan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla.

Di tengah jalan, PAN berpisah dengan Gerindra. Dia berpaling mendukung Jokowi pada 2015. PAN pun dapat jatah kursi di pemerintah, yaitu Menteri PAN-RB yang diduduki oleh Asman Abnur.

Pakar Komunikasi Politik Universitas Jayabaya, Lely Arrianie menilai, langkah PAN tadi menunjukkan sikap setengah hati bergabung dengan pemerintahan Jokowi.

"Saya pikir pernyataan itu memperkuat apa yang sudah diperlihatkan oleh PAN secara verbal dan non verbal banyak yang menganggap bergabungnya PAN setengah hati," tuturnya, kepada era.id, di Jakarta, Selasa (6/3/2018). 

Menurut Lely, sejak awal chemistry PAN lebih kepada dua partai, PKS dan Gerindra. Hal itu, katanya, terlihat saat pengambilan keputusan terhadap kebijakan pemerintah. Di mana, sikap PAN kadang berbeda dengan koalisi pemerintah dan sama dengan koalisi Gerindra-PKS.

"Sebenarnya chemistry kepada dua partai politik PKS dan Gerindra, nah sehingga misalnya ada kebijakan yang diambil koalisi terlihat relatif lebih tidak sejalan dengan apa yang menjadi keputusan partai itu," tuturnya.

Lebih jauh, Lely menilai, PAN tidak murni bergabung dengan koalisi pendukung pemerintah. Tujuannya sudah pasti untuk menjadi bagian dari kekuasaan semata.

"Jadi mereka tidak murni ingin bergabung ke koalisi (pemerintah) hanya karena mungkin kepentingan bahwa mereka membutuhkan menjadi bagian dari kekuasan sehingga mereka tampak seperti orang yang ingin bergabung," ucapnya.

Lely pun menduga, PAN bakalan bikin poros baru pada Pemilu 2019 nanti. Skenarionya, PAN akan mengajak Demokrat dan PKB untuk membentuk poros baru. Sebab, Gerindra dan PKS sudah lebih dulu melakukan pedekate.

"Bisa jadi ke Demokrat kemungkinan. Sebetulnya Gerindra tanpa PAN juga sudah bisa maju bersama PKS. Tergantung bagaimana komprominya nanti. Kompromi dari apa yang dipertentangkan dan dipertemukan dalam kepentingan mereka," ucapnya.

(Infografis/era.id)

Melihat perjalanan politiknya dari 1999 hingga saat ini, PAN hanya meraup suara di bawah 10 persen. Perolehan suaranya konsisten dari tahun ke tahun di angka 6 dan 7 persen.

Pada Pemilu 1999, PAN mendapatkan 7.528.956 suara (7,12 persen), kemudian Pemilu 2004 meraih 7.303.324 suara (6,44 persen), lalu Pemilu 2009 sebesar 6.254.580 (6,1 persen), dan Pemilu 2014 suara PAN 9.481.621 suara (7,59 persen).

Sedangkan untuk Pemilu 2019, pasangan calon presiden hanya bisa diusung partai dan gabungan partai yang memiliki perolehan 20 persen suara nasional. Syarat itu merujuk dari hasil Pemilu 2014 lalu.

Tag: flyover pancoran