Mengenang 12 Tahun Insiden Bush Dilempar Sepatu oleh Jurnalis Saat Berpidato

ERA.id - Pada 15 Desember 2018, 12 tahun yang lalu, dunia dihebohkan dengan insiden Presiden Amerika Serikat (AS) George W Bush dilempar sepatu sewaktu jumpa pers dalam hari terakhir kunjungannya di Irak.

Untung saja, Bush berhasil menghindari lemparan sepatu yang mental ke tembok itu. Saat itu, Bush berdiri bersama PM Irak Nuri al Maliki. Mereka sedang jumpa, dilansir dari Reuters, Senin (15/12/2008) lalu.

Bush ditanya apakah dia datang ke Irak untuk merayakan kemenangan, Bush pun mengatakan "Tidak, saya mempertimbangkan itu sebagai satu langkah penting menuju Irak yang mendukung dirinya sendiri, memerintah dirinya sendiri, dan mempertahankan dirinya sendiri,".

Saat itu, memang Amerika dan Irak lagi disorot karena peperangannya. Di sana dalam konfrensi pers, alih-alih mengatakan perang di Irak sudah menghasilkan sesuatu, Bush malah mengatakan, "ada beberapa tugas yang harus dilakukan. Perang belum usai," imbuh Bush.

Akhirnya, seorang jurnalis Irak pun berteriak dalam bahasa Arab sambil melempar sepatu. "Ini ciuman perpisahan dari warga Irak, an**ng," teriak jurnalis itu sambil melempar sepatu.

Spontan Bush menunduk sehingga terhindar dari lemparan sepatu yang melayang di atas kepalanya itu. Tak puas karena tak kena, jurnalis itu pun melempar satu sepatunya lagi.

Kali ini, PM Nuri al Maliki membantu menangkis dengan lengannya. "Seperti berlomba dalam politik ketika orang berteriak padamu. Itu adalah cara orang menunjukkan perhatiannya," ucap Bush seusai insiden itu.

"Saya tidak tahu, apa yang menyebabkan orang itu bisa seperti itu. Saya tak merasa terancam sedikit pun," tegas Bush.

Melempar sepatu merupakan bentuk kemarahan paling tinggi orang-orang di Timur Tengah. Jurnalis yang mengacaukan acara jumpa pers itu pun digelandang paksa oleh Paspamres Irak dan AS sambil memberontak dan berteriak-teriak.

Bush mengunjungi Irak sebelum lengser untuk meninjau kondisi terakhir pakta keamanan Irak-AS menjelang penarikan pasukan AS dari negara itu, Juli tahun 2009 di bawah pemerintahan Barack Obama.