Perompak Teluk Guinea Makin Kasar: Culik 15 Kru, Rusak Kapal, Pakai Alat Peledak

ERA.id - Komplotan perompak di lepas pantai Nigeria menculik 15 pelaut dari kapal kontainer berbendera Liberia, MV Mozart, pada Sabtu lalu, hanya meninggalkan tiga kapten kapal yang terluka dan kemudi kapal yang rusak.

Berdasarkan laporan Reuters, satu pelaut, warga negara Azerbaijan, tewas dalam penyerangan oleh para perompak sementara itu 15 pelaut yang diculik kesemuanya berasal dari Turki.

Cerita dari kru yang selamat, keluarga, dan agen keamanan menunjukkan bahwa serangan hari Sabtu itu cukup detail dan dipersiapkan dengan baik. Para perompak kabarnya berhasil naik ke atas kapal dan menembus benteng proteksi kapal, kemungkinan dengan menggunakan alat peledak.

Agen berita Turki Anadolu mengatakan bahwa setelah para penculik kabur,, kira-kira 160 kilometer di lepas pantai Pulau Sao Tome, MV Mozart 'mengapung tanpa tujuan' ke arah perairan Gabon. Satu kapten kapal yang selamat, Furkan Yaren, mengatakan bahwa kemudi kapal rusak dan hanya peralatan radarnya saja yang masih berfungsi.

Yaren mengalami luka di kaki akibat ulah para perompak, sementara salah satu kru lainnya juga terluka akibat serpihan benda tajam, melansir Anadolu.

Peta Teluk Guinea. (Foto: Wikimedia Commons)

Kantor Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Minggu menyatakan bahwa sang presiden telah mengirim sejumlah pejabat untuk menyelamatkan kru yang diculik.

Ambrey, perusahaan konsultan keamanan, mengatakan bahwa perompak yang naik ke MV Mozart berjumlah 4 orang.

Kawasan Teluk Guinea, area perairan yang dilingkupi belasan negara, memang sudah kondang sebagai lokasi serangan perompak. Tahun lalu saja, perompak telah menculik 130 pelaut dalam 22 insiden, seperti dilaporkan Biro Maritim Internasional.

Namun, serangan terhadap Mozart bisa menjadi alasan dunia internasional untuk lebih menekan Nigeria agar bertindak lebih dalam melindungi para pelaut.

"Fakta adanya korban tewas, jumla orang yang diculik, dan dugaan penggunaan bahan peledak kemungkinan akan memicu perubahan," kata David Johnson, CEO dari EOS Risk Group yang berbasis di Inggris.

"Serangannya cukup kompleks dan jika para perompak memutuskan menggunakan alat peledak, tandanya ini sebuah operasi besar," kata dia.

Para korban penculikan saat ini "dipastikan" akan tengah dibawa ke kawasan Delta di Nigeria, dan pemerintah Turki tak bisa berbuat banyak untuk menghentikan hal tersebut, tambah Johnson.

Kementerian Luar Negeri Turki mengaku belum mendapat kontak dari para perompak.