Fakta Sementara Asal-usul COVID-19: Bukan Karena Kebocoran Laboratorium Virus
ERA.id - Tim pakar dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Komisi Kesehatan Nasional China, setelah satu bulan pengumpulan bukti asal-usul Coronavirus Disease (COVID-19) di kota Wuhan, meyakini bahwa virus korona yang telah menginfeksi 106,5 juta warga di dunia ini tidak muncul akibat kebocoran laboratorium.
Melansir The Guardian, tim tersebut menyelenggarakan konferensi pers di kota Wuhan pada Selasa, (9/2/2021), pukul 5 sore waktu setempat.
Berbicara di forum tersebut adalah Peter Ben Embarek, pimpinan tim investigasi dan pakar pangan serta penyakit hewan WHO. Juga ada Profesor Liang Wannian, kepala panel pakar COVID-19 dari Komisi Kesehatan Nasional China.
Tim dari WHO tiba di kota Wuhan sejak 14 Januari dan, setelah menjalani masa karantina selama dua pekan, telah mengunjungi sejumlah tempat penting di kota Wuhan, wilayah yang selama ini dianggap menjadi asal-muasal COVID-19.
Di kota tersebut, tim berjumlah 15 orang ini mengunjungi pasar hewan Huanan dan Laboratorium di Institut Virologi Wuhan (WIV).
Peter Ben Embarek mengatakan bahwa penelitian mengenai asal-usul virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 menunjuk ke spesies kelelawar sebagai reservoir virus. Namun, kecil kemungkinan vurus ini berasal dari Wuhan langsung.
Kemungkinan besar infeksi COVID-19 diakibatkan loncatan infeksi dari kelelawar ke manusia. Namun, para peneliti masih belum menemukan hewan perantara transmisi zoonotik tersebut, meski mereka menduga spesies trenggiling memiliki peran tersebut.
Prof Liang Wannian mengatakan bahwa sampel yang diambil dari sarang-sarang kelelawar dan habitat hewan liar lainnya di China tak menampakkan virus seperti yang menjangkiti manusia.
'Sangat Tidak Mungkin'
Terkait dugaan tersebarnya virus akibat kebocoran di laboratorium, Embarek menyatakan hal ini "sangat tidak mungkin". Timnya melihat laboratorium WIV, salah satu yang memiliki level tertinggi (biosafety level-4) berada dalam kondisi prima dan "kecil kemungkinan terjadi kebocoran di fasilitas semacam itu".
Meski kebocoran laboratorium pernah terjadi di dunia, "hal ini masih suatu fenomena langka," kata Embarek.
Prof Liang Wannian mendukung pernyataan tersebut. Bila kebocoran laboratorium memang terjadi, berarti ada dua kemungkinan, kata dia.
"Pertama, virus ini diciptakan oleh manusia. Namun, hipotesis ini telah dibantah oleh komunitas keilmuan di seluruh dunia," kata dia.
"Kedua, anggaplah virus ini bocor dari laboratorium, namun, kebocoran suatu virus harus berawal dari suatu virus yang telah teridentifikasi. Namun, di seluruh laboratorium di Wuhan, belum ada satupun yang menemukan virus SARS-CoV-2 saat itu. Jika virus itu belum ada, bagaimana bisa mengatakan ia bocor ke luar."
Sejak awal anggota tim penyelidikan berusaha menanggapi ekspektasi publik secara realistis. Pekan lalu pakar kehewanan WHO, Peter Daszak, menyatakan pada Reuters bahwa salah satu tujuan penyidikan adalah "menemukan apa yang harus dilakukan ke depan," dan bukan untuk menuding apakah China atau Wuhan yang harus disalahkan dalam pandemi ini.
Anggota tim yang lain, pakar penyakit menular Dominic Dwyer, menyatakan bahwa butuh waktu bertahun-tahun sebelum ilmuwan memahami betul asal-mula COVID-19.