Reaksi Dingin Iran Kala AS Sinyalir Rujuk Soal Kesepakatan Nukli 2015

ERA.id - Amerika Serikat pada Kamis, (19/2/2021), menyatakan siap bernegosiasi dengan Iran untuk membawa kedua negara kembali ke perjanjian 2015, yaitu kesepakatan untuk mengontrol akses Teherean terhadap senjata nuklir.

Langkah tersebut mencerminkan perubahan dalam pemerintahan AS, dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menekankan posisi Presiden Joe Biden bahwa Washington akan kembali ke perjanjian Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) jika Teheran sepenuhnya mematuhi kesepakatan tersebut.

Blinken mengemukakan posisi AS ini selama pertemuan video dengan menteri luar negeri Inggris, Prancis dan Jerman - kelompok yang dikenal sebagai E3 - yang berkumpul di Paris, demikian dilaporkan ANTARA.

"Jika Iran kembali mematuhi komitmennya di bawah rencana aksi JCPOA, Amerika Serikat akan melakukan hal yang sama dan siap untuk terlibat dalam diskusi dengan Iran menuju tujuan itu," kata pernyataan bersama dari keempat negara itu.

Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa Washington akan menanggapi secara positif setiap undangan Uni Eropa untuk pembicaraan antara Iran dan enam negara besar yang merundingkan perjanjian awal: Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia, dan Amerika Serikat.

"Kami siap untuk hadir jika pertemuan seperti itu akan berlangsung," kata pejabat itu kepada Reuters, setelah seorang pejabat senior Uni Eropa melontarkan gagasan untuk mengadakan pembicaraan semacam itu. Tidak jelas apakah pembicaraan akan dilakukan.

Iran bereaksi dingin terhadap gagasan tersebut.

Iran mulai melanggar kesepakatan nuklir pada 2019, setahun setelah mantan Presiden AS Donald Trump menarik diri dan menerapkan kembali sanksi ekonomi AS.

Menanggapi pernyataan keempat negara tersebut, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan Washington harus mengambil langkah pertama.

"Alih-alih menyesatkan dan membebani Iran, kelompok E3/Uni Eropa harus mematuhi komitmen sendiri & menuntut diakhirinya warisan Trump soal #EconomicTerrorism terhadap Iran," tulis Zarif di Twitter.

Zarif sebelumnya telah mengisyaratkan keterbukaan untuk pembicaraan dengan Washington dan pihak lain untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu.

Pejabat AS itu juga mengisyaratkan mungkin ada cara untuk menjembatani kebuntuan tentang siapa yang harus duluan kembali ke kesepakatan - Amerika Serikat, dengan melonggarkan sanksi ekonominya, atau Iran, dengan mematuhi batasan pada program atomnya.

"Saya tidak berpikir bahwa masalah pengurutan akan menjadi penghalang yang mencegah ... kita untuk sampai ke sana," katanya, sambil mengatakan tantangan yang lebih besar mungkin adalah mendefinisikan apa yang merupakan kepatuhan.