Gereja Katolik AS Tak Dukung Vaksin Johnson & Johnson, Terkait Galur Sel Aborsi Janin

ERA.id - Pemimpin gereja Katolik Roma di St Louis dan New Orleans, Amerika Serikat, menyatakan bahwa vaksin corona Johnson & Johnson 'melanggar standar moral' karena dibuat menggunakan galur sel dari aborsi janin.

Keuskupan Agung New Orleans menyatakan bahwa keputusan untuk menerima vaksin atau tidak diberikan sebagai hak masing-masing pribadi, seperti dilaporkan Daily Mail.

Pada pekan sebelumnya, keuskupan agung tersebut tiba-tiba menyarankan penggunaan vaksin Johnson & Johnson. Namun, umat Katolik perlu memilih vaksin Moderna atau Pfizer, bila dimungkinkan.

Hal serupa juga disarankan oleh Keuskupan St. Louis. Keuskupan tersebut menyebut vaksin Johnson & Johnson 'melanggar standar moral', namun, tetap boleh diterima "jika tidak ada alternatif lainnya".

Pada Selasa, (2/3/2021), pernyataan dari kepala komite doktrin dan isu aborsi dari Konferensi Uskup AS turut menyebut kekhawatiran terkait isu moral dalam vaksin Johnson & Johnson. Di situ juga disebutkan bahwa vaksin Pfizer dan Moderna lebih disarankan "jika seseorang punya kesempatan untuk memilih."

Daily Mail menyebut bahwa pernyataan pemuka agama Katolik AS ini dilatari debat panjang tentang penggunaan sel HEK293 yang kabarnya punya kaitan erat dengan suatu janin aborsi di tahun 1970an.

Namun, para ilmuwan telah menyatakan bahwa sel HEK293 adalah hasil kloning dan tidak berasal dari jaringan asli janin aborsi.

Sel HEK293 sendiri didapatkan dari sel embrio ginjal manusia yang lantas ditumbuhkan lewat teknologi kultur jaringan.

Galur ini dikulturasi oleh Alex Van der Eb pada dekade 1970an di Universitas Leiden, Belanda. Sementara itu, sumber sel tersebut adalah janin aborsi dalam kondisi sehat dari asal-usul orang tua yang tidak diketahui.

Sel HEK293 hingga kini sering digunakan dalam biologi sel dan bioteknologi.

Beberapa jenis derivasi sel yang diciptakan beberapa dekade lalu memang benar-benar ada dan menggunakan jaringan sel janin. Sel tersebut banyak digunakan dalam teknologi kedokteran. Namun, sel-sel yang kini digunakan adalah kloning dari sel-sel pertama, dan bukan sel jaringan asli.

Produsen vaksin COVID-19 menggunakan sel HEK293 untuk menciptakan 'vector viral' yang berfungsi melemahkan adenovirus, sejenis virus yang bisa menyebabkan demam. Adenovirus inilah yang dipakai dalam teknologi Johnson & Johnson.

Teknologi yang sama juga digunakan dalam vaksin Ebola.

Pada Selasa, tanpa menyanggah pernyataan pejabat gereja Katolik terkait sel derivasi, Johnson & Johnson merilis pernyataan bahwa vaksin yang mereka buat "tidak memiliki jaringan janin". Perusahaan itu mengaku menggunakan "sistem galur sel buatan yang bisa mempercepat produksi vaksin guna melawan berbagai penyakit menular."