Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi Dituduh Terima Suap Rp8 Miliar, Buat Apa?

ERA.id - Seorang konglomerat Myanmar, yang punya hubungan dekat dengan pihak junta militer, mengaku pernah memberi uang 600 ribu dolar AS, atau setara Rp8,66 miliar, kepada pimpinan sipil yang digulingkan lewat kudeta militer 1 Februari, Aung San Suu Kyi.

Pengakuan oleh konglomerat bernama Maung Waik itu dilakukan dalam tayangan langsung kanal televisi nasional Myanmar, melansir dari Associated Press, (19/3/2021). dan sepertinya dimaksudkan untuk mendiskreditkan Suu Kyi.

Pernyataan ini memperkuat tuduhan pihak militer bahwa Suu Kyi terlibat dalam kasus korupsi karena menerima uang 600 ribu dolar AS plus beberapa batangan emas pemberian dari kolega politiknya.

Suu Kyi dan Presiden Win Myint saat ini telah ditahan aparat dan dikenai sejumlah pasal tuduhan, seperti menyebabkan keonaran, kepemilikan alat walkie-talkie secara ilegal, dan melanggar aturan pandemi terkait perkumpulan di muka umum.

Maung Waik sendiri mengaku memberikan uang ke penerima Nobel Perdamaian itu agar bisnisnya bisa dilancarkan. Berdasar laporan Associated Press, Waik mengatakan uang 100 ribu dolar AS diberikan ke Suu Kyi pada 2018 via organisasi amal miliknya, lalu 150 ribu dolar AS diberikan tahun 2019 tanpa penjelasan lebih lanjut. Pada Februari 2020 ada uang 50 ribu dolar AS, dan pada April 250 ribu dolar AS, yang diberikan ke Suu Kyi tanpa adanya keterangan motif pemberian.

Kini Komisi Antikorupsi Myanmar tengah menyidik tuduhan korupsi Suu Kyi dan bertekad bakal mengadili perbuatan Suu Kyi berdasarkan UU Antikorupsi, demikian disampaikan koran Global New Light of Myanmar, Kamis.

Sementara itu, sejumlah tokoh oposisi Myanmar kini menjadi buruan pihak junta militer. AP pada Jumat melaporkan bahwa Duta Besar Myanmar untuk PBB, Kyaw Moe Tun, telah dituduh melakukan pengkhianatan berdasarkan ucapannya di PBB pada 26 Februari lalu.

Kala itu, di markas PBB, Moe Tun berseru ia mengutuk aksi kudeta militer dan mendesak "respons yang paling berat dari komunitas internasional" agar demokrasi di Myanmar kembali pulih.

Figur oposisi lain yang dituduh berkhianat adalah Mahn Win Khaing Than, pimpinan pemerintahan sipil Myanmar yang kini tengah dalam pelarian. Sebagai pelaksana tugas wakil presiden Myanmar, Khaing Than menyerukan "revolusi" untuk menggusur pihak militer dari kekuasaan.

Situasi unjuk rasa di Myanmar, sementara itu, tak menunjukkan tanda-tanda bakal surut. Pada Kamis saja warga kota Yangon membakar barikade yang mereka dirikan, untuk memperlambat pergerakan aparat.

Pada Rabu, setidaknya dua warga sipil tewas tertembak di Kalay, Myanmar, berdasarkan informasi yang beredar di media. Kini, lebih dari 200 warga sipil telah terbunuh akibat perlakuan aparat sejak aksi kudeta satu bulan yang lalu, demikian sebut AP.