Dubes yang Dipilih Junta Myanmar Mundur, PBB Terhindar dari Polemik

| 05 Mar 2021 14:32
Dubes yang Dipilih Junta Myanmar Mundur, PBB Terhindar dari Polemik
Duta besar Myanmar untuk PBB Kyaw Moe Tun membuat salam tiga jari di akhir pidatonya di hadapan Majelis Umum PBB, Jumat, (26/2/2021). (ANTARA FOTO/United Nations TV/Handout via REUTERS/AWW/djo/am)

ERA.id - PBB terhindar dari perselisihan soal siapa yang mewakili Myanmar di organisasi internasional tersebut pascakudeta militer 1 Februari. Sebabnya, pengganti yang ditunjuk oleh junta militer mundur dan misi Myanmar di PBB masih akan dipegang oleh Kyaw Moe Tun, seperti dilaporkan ANTARA, (5/3/2021).

Kyaw Moe Tun dipecat oleh junta pada Sabtu, (27/2), satu hari setelah dirinya mendesak 193 negara di Majelis Umum PBB untuk menggunakan 'segala cara yang diperlukan' guna membatalkan kudeta yang telah menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi.

Pada Minggu, misi Myanmar di PBB mengatakan bahwa wakil Kyaw Moe Tun, Tin Maung Naing, akan menjadi penjabat utusan PBB. Keesokan harinya, Kyaw Moe Tun secara resmi memperjuangkan klaimnya untuk tetap menjadi wakil sah di PBB, peran yang sudah ia emban sejak Oktober.

Klaim rival memunculkan harapan Majelis Umum PBB harus membahas isu tersebut.

Pada Rabu misi Myanmar mengatakan kepada PBB bahwa Tin Maung Naing mundur dan Kyaw Moe Tun tetap menjadi dubes Myanmar. Menurutnya, pernyataan yang disampaikan pada Minggu "sebaiknya diabaikan."

Para Diplomat Myanmar di Kedubes Washington juga memberikan sinyal putus hubungan dengan Junta pada Kamis, mengeluarkan sebuah pernyataan atas nama kedubes yang mengecam kematian warga sipil dalam demonstrasi menentang kudeta.

Perwakilan Myanmar di PBB dapat bermasalah lagi jika junta militer berusaha menunjuk dubes baru.

Kepolisian Myanmar membubarkan massa dengan gas air mata dan tembakan di sejumlah tempat pada Kamis (4/3) saat massa kembali turun ke jalan. Massa tidak peduli dengan banyaknya korban tewas dalam penindakan keras terhadap pemrotes kudeta.

Dewan Keamanan PBB akan membahas soal Myanmar pada pertemuan tertutup Jumat, menurut para diplomat.

Dewan beranggotakan 15 anggota itu menyuarakan keprihatinannya atas status darurat di Myanmar, tetapi tidak lagi mengecam kudeta lantaran adanya penentang dari Rusia dan China.

Rekomendasi