Viral Warga Sumba NTT Tolak Bantuan Bencana dan Enggan Temui Mensos Risma
ERA.id - Beredar video viral yang terjadi di Sumba, Nusa Tenggara Timur, yang memperlihatkan warga setempat menolak bantuan dari pemerintah yang diduga cuma dijadikan ajang pencitraan. Bagaimana tidak, para pengungsi tidak terima sikap para donatur karena bantuan yang dikira akan diberikan, ternyata dibawa pulang lagi setelah diajak foto dan syuting untuk dokumentasi.
Informasi tersebut awalnya diunggah oleh akun Twitter @ipunglombok. Ia menulis bahwa sumbangan yang diberi kepada warga hanya formalitas belaka. "Sumbangan bencana banjir hanya formalitas buat disyuting lalu dibawa pulang lagi dan besok keluar siaran sudah kirim bantuan. Kita yang banjir ini desa jadi bantuan formalitas yang diberikan untuk berita," tulisnya.
Dalam video itu memang tampak seorang warga mengenakan baju lengan panjang dan meminta donatur membawa pulang barang-barang yang disumbangkan. "Kami disuruh mencari, melewati lembah, kami taruhan nyawa bapak, jangan karena urusi barang ini bapak, bawa pulang saja," kata relawan berpakaian hijau itu.
Dia menyebutkan, kalau mereka (para donatur) mau menyumbangkan barang, harus datang menteri ataupun wakil gubernur. "Kalau mau menteri atau wakil gubernur datang ke sini, wakil gubernur semalam ngomong dengan saya di TV, beliau bilang mau datang ke sini, tetapi kalau prosedurnya seperti ini ambil di sini, difoto lalu dibawa lagi itu, bawa langsung pulang, terlalu ribet, bawa pulang saja bapak, kami tidak butuh," katanya.
Ia menambahkan, masih banyak donatur yang ikhlas untuk membantu para pengungsi. "Masih banyak donatur yang hatinya ikhlas, jangan karena barang ini kalian tidak menganggap kami bapak," ujarnya.
Tak lama, lelaki itu diwawancara secara virtual dan ia membeberkan bahwa dirinya tidak begitu sreg melihat petugas kecamatan. Alasannya, selama hari pertama usai banjir bandang pihak kecamatan tidak pernah melihat mereka. "Datang pas hari H, seolah-olah memerintah kami di sini. Bapak, posko kami ini posko relawan murni. Kami tidak membeda-bedakan," tuturnya.
Ia merasa kecewa, karena pihak kecamatan cenderung menggiring para pengungsi untuk bertemu Menteri Sosial Tri Rismaharini di kantor camat. "Itu yang kami tidak mau. Kalau menteri mau bertemu dengan pengungsi, maka menteri datang ke sini. Mereka (pengungsi) tidak boleh keluar dari sini, karena fisik dan psikisnya sedang sakit, masa mau dibawa ketemu orang sehat hanya karena mereka pejabat," tandasnya.