Aksi Keji Militer Israel Lempari Jemaah Itikaf di Masjid Al-Aqsa dengan Granat dan Peluru Karet
ERA.id - Warga Palestina yang sedang menjalankan ritual itikaf di Masjid Al-Aqsa, Senin, (10/5/2021), berdasarkan sejumlah laporan, mengaku heran polisi Israel sampai hati untuk bertindak kasar di situs yang disucikan itu.
Itikaf sendiri adalah laku menyendiri di dalam masjid atau rumah dengan tujuan menyediakan waktu bagi Allah Sang Pencipta. Situs Islamic Finder menyebut kebiasaan ini dianjurkan untuk dilakukan dalam 10 hari terakhir bulan Ramadan.
Namun, pada Senin, ketika ratusan warga Palestina menjalankan itikaf di Al-Aqsa, polisi Israel justru melontarkan granat kejut, gas air mata, dan peluru karet, seperti diberitakan Al Jazeera, Selasa.
Sniper berjaga di atap-atap gedung untuk menembakkan peluru karet ke arah warga Palestina, demikian pengakuan salah satu warga Palestina yang berada di dalam Al-Aqsa saat penyerbuan terjadi.
"Polisi Israel menyerbu melalui seluruh pintu Al-Aqsa. Mungkin jumlahnya 1.000 personil, dan mereka mulai menembakkan peluru karet dan gas air mata," sebut Ibrahim, 17 tahun, yang berada di dalam masjid untuk berdoa, ketika penyerbuan terjadi pada pukul 8 pagi waktu setempat, Senin.
Seorang polisi melempar granat kejut ke dalam masjid, memicu api yang menyambar karpet, kata dia. Gedung Al-Aqsa pun dipenuhi oleh asap yang menyesakkan dada.
"Mereka menyemprotkan gas merica dan melontarkan granat kejut, bahkan ketika orang-orang tengah dirawat di sana (klinik kesehatan). Orang-orang terjerembab di lantai, sesak nafas."
Al Jazeera mengabarkan bahwa pejabat Al-Aqsa, Raed D'ana, mengaku dipukul oleh aparat polisi. Ia ditendang, dan didorong hingga terjerembab, lalu didorong keluar Al-Aqsa.
PM Israel Benjamin Netanyahu membela aksi pihak aparat sebagai "upaya bertahan diri". Ia juga memuji "sikap menahan diri yang ditunjukkan polisi Israel dan aparat keamanan."
Mufti Agung Yerusalem, Muhammad Hussein, berkata bahwa dunia internasional perlu menghentikan agresi Israel.
"Yang terjadi adalah kejahatan yang dilakukan pendudukan israel terhadap hak kami melakukan sembahyang, dan kejahatan terhadap warga Yerusalem. Namun, rencana mereka pasti akan gagal," kata Hussein, dikutip dari Al Jazeera.
Penyerbuan Israel terjadi sebelum adanya parade nasionalis oleh sekitar 30 ribu warga Israel, yang hendak menyusurai Yerusalem sebagai perayaan penaklukan wilayah Yerusalem Timur usai Perang Timur Tengah 1967.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan lebih dari 300 warga Palestina mengalami luka-luka dalam penyerbuan aparat Israel. Sementara, 20 polisi Israel turut terluka, dilaporkan Al Jazeera, Selasa.