Jadi Tuna Wisma Selama 10 Tahun, Kisah 'Manusia Gerobak' Akhirnya Bisa Pulang Kampung Berkat Menteri Risma
ERA.id - Menteri Sosial Tri Rismaharini memberikan bantuan sosial (bansos) dan memfasilitasi dua "Manusia Gerobak" Hakim (70) dan Salwa (14), tuna wisma yang sebelumnya ditemukan Menteri Sosial Tri Rismaharini di jalan dengan gerobaknya, kembali pulang kampung.
Pada Selasa pagi, keduanya menemui Menteri Sosial Tri Rismaharini di Kantor Kementerian Sosial Jakarta dan akan mendapatkan layanan dari Balai milik Kemensos.
"Nanti bapak kami bantu mendapatkan bansos, di daerah Bapak di Bengkulu sana. Nanti Balai Kemensos akan membantu," kata Risma kepada Hakim dalam keterangannya di Jakarta dikutip dari Antara, Selasa (18/5/2021).
Hakim berasal dari Bengkulu yang sudah menjadi manusia gerobak sejak 10 tahun lalu. Sementara Salwa menjadi manusia silver yang juga tinggal gerobak sejak usia 12 tahun berasal dari Sukabumi, Jawa Barat.
Kepada keduanya, Mensos juga berencana memberikan bantuan sosial, namun terlebih dulu mereka harus memiliki identitas kependudukan. Hakim mengaku data kependudukan miliknya seperti KTP-nya yang hilang, sedangkan Salwa belum memiliki KTP dan tidak punya kartu identitas lain.
Di hadapan Mensos, Salwa terus menangis. Ia mengaku ingin balik ke Sukabumi daripada mendapat layanan di balai. Alasannya, ia pernah ditampung di panti di Kedoya, Jakarta Barat, dan mendapat perlakuan kurang menyenangkan.
"Ya sudah yang lalu, biarlah berlalu. Kamu benar ingin balik ke kampungmu? Tapi kamu harus kuat. Jangan nangis terus, ya," ujar Risma menenangkan Salwa.
Dalam kesempatan itu, Direktur Jendral Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat menyatakan kedua tuna wisma ini sudah ditawari untuk bisa mendapat layanan di balai milik Kemensos, namun mereka berkeras memilih kembali ke daerah asal mereka.
"Alasannya pernah mendapat perlakuan kurang menyenangkan saat dalam penanganan oleh Satpol PP, jadi ada semacam trauma kalau menjalani pelayanan di dalam panti atau balai. Tapi saya kira Satpol PP sudah ada transformasi lebih humanis sekarang, dan sesuai arahan Ibu Mensos, kita akan kasih fasilitas sesuai kemauan mereka," ujar Harry.
Harry memastikan, Kemensos akan memastikan proses kepulangan mereka mendapat dukungan penuh. Melalui Bandara Halim Perdanakusuma, Hakim terbang ke Bengkulu didampingi satu anggota Team Reaksi Cepat (TRC). Sementara Salwa diantar ke Sukabumi melalui jalur darat.
Selain itu, Kemensos juga memastikan bahwa mereka berdua akan mendapatkan bantuan sosial, apakah Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)/Kartu Sembako, atau Bantuan Sosial Tunai (BST).
"Kami sedang siapkan. Untuk itu, terlebih dahulu mereka harus memiliki KTP. Mereka sebelumnya punya KTP tapi hilang. Jadi nanti tinggal ke Dukcapil, lalu dicetak," kata Harry.
Untuk keperluan itu, Kemensos akan mendampingi, termasuk kepada Hakim yang bermukim di Bengkulu. Kepada Mensos, Hakim berulang menyatakan kegembiraannya dan terima kasih.
"Sudah dari dulu saya mau pulang, tapi tak ada uang. Saya mulung dapat uang dicuri orang. Tiap kumpul uang dicuri orang, makan susah, tidur juga susah," kata dia.
Maka itu begitu bertemu Mensos, Hakim mengaku sangat gembira. "Saya diantar balik, dan dikasih makan, dikasih baju. Katanya juga mau dapat bantuan. Terima kasih Bu Mensos," katanya.