Dua Kemungkinan Penyebab Kontaminasi Minyak di Teluk Balikpapan
Pertama, sebagaimana yang dikatakan Pertamina, bahwa pipa pecah karena terhantam jangkar kapal. Kedua, kebocoran pipa bisa saja terjadi akibat kualitas pipa yang memang enggak oke. "Betul bahwa dia kena jangkar, ketarik atau memang ada persoalan integritas di situ, misalnya kualitas pipa atau apa, itu yang harus ditemukan oleh KLHK," tutur Siti Nurbaya di Istana, Senin (9/4/2018).
Siti Nurbaya mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Pertamina, untuk mendalami persoalan ini. Hal ini sangat penting, guna memastikan solusi apa yang paling tepat buat menyelematkan lautan yang terlanjur tercemar. Kata Siti Nurbaya, upaya mengidentifikasi sumber masalah dan menanggulangi pencemaran ini bukan perkara mudah. Kementerian LHK masih harus mencari teknologi yang tepat, karena teknologi yang sekadar canggih belum tentu bisa menjadi solusi.
"Kita juga collect teknologi yang memungkinkan. Teknologi yang bisa sampai ke data sesungguhnya, jadi KLHK tidak boleh sembarang, ya!" tutur Siti Nurbaya.
Sejauh ini, penelitian masih dilakukan secara manual, meski dibantu juga oleh beberapa teknologi ala kadarnya. Kendala teknologi itu, dikatakan Siti Nurbaya adalah faktor penting yang menyebabkan proses penanggulangan berjalan lambat. Sebagai gambaran, Siti Nurbaya menceritakan momen ketika para penyelam dari kementerian dengan gagah berani menyelami lautan yang dipenuhi minyak. Menurutnya, gelapnya lautan akibat tumpahan minyak telah mengganggu proses penyelaman yang dilakukan tim.
"Harus cari teknologinya, karena waktu tim penyelam KLHK turut, tidak bisa tembus karena gelap. Jadi, harus menemukan tekniknya," kata Siti Nurbaya.
Data soal kedalaman laut yang terdampak memang jadi persoalan yang cukup sulit diungkap, berbeda dengan luasan dampak kontaminasi yang lebih mudah dihitung.
Dampak kontaminasi
Menurut Siti Nurbaya, sejauh ini luasan dampak kontaminasi telah terhitung mencapai 12 ribu hektare. Sementara itu, jumlah minyak yang memenuhi lautan terhitung mencapai 300 meter kubik.
Selain itu, terkait dampak keanekaragaman hayati, Kementerian LHK juga melakukan koordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). "Saya kira Bu Susi juga melakukan penelitian dengan kawan-kawan di KKP memang kenanekaragaman perikanan di KKP, tapi di kita juga ada yang mangrove-nya mati," tutur Siti Nurbaya.
Lebih lanjut, Siti Nurbaya menjelaskan pesan yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait penanggulangan kontaminasi minyak ini. Menurut Siti Nurbaya, yang paling dikhawatirkan Jokowi adalah masyarakat di sekitar wilayah kontaminasi.
Jokowi enggak ingin kejadian kebakaran seperti tempo hari mengancam masyarakat. "Kalau saya sih waktu hari Sabtu melapor ke Bapak Presiden justru kekhawatiran beliau di masyarakatnya. Artinya jangan sampai sisa-sisa minyak di kolong bisa keselentik api, bisa kebakaran lagi, itu yang tidak boleh," tutur Siti Nurbaya.
Selain itu, Jokowi juga berpesan agar seluruh proses ganti rugi dipenuhi oleh siapa pun nanti pihak yang patut bertanggung jawab. "Yang saya pantau, walau masyarakat tidak lapor ke kita tapi ada komunikasi dengan petugas lapangan KKP, LSM juga saya monitor juga mengumpulkan data, saya kira gotong royong saja nanti ketahuan sih (kerugian), masa sih tidak ketahuan, pasti ketahuan," kata Siti Nurbaya.