Ketua DPR: Pemerintah Harus Lindungi Nakes Secara Fisik dan Mental

ERA.id - Gelombang Kedua penularan Covid-19 kembali membuat banyak tenaga kesehatan (nakes) berguguran. Ini karena para nakes yang berjuang di garda terdepan penanganan pandemi, menghadapi risiko berkali-kali lipat dibanding kelompok masyarakat lainnya.

Melihat masalah tersebut, Ketua DPR-RI Puan Maharani memberi perhatian khusus pada keselamatan fisik dan juga kesehatan mental para nakes.

"Tugas nakes bukan saja membantu kesembuhan para pasien Covid-19, tetapi juga menjaga dan melindungi dirinya serta keluarganya agar tidak ikut terinfeksi virus. Oleh karena itu, kami meminta pemerintah membuat sistem perlindungan untuk nakes, baik secara fisik maupun mental," ujar Puan di Jakarta, Jumat (9/7/2021).

Berdasarkan data yang dihimpun PERSI, bersama sejumlah organisasi lainnya seperti IDI dan PPNI, sejak awal pandemi hingga 28 Juni 2021, tercatat sudah ada 1.031 tenaga kesehatan yang gugur. Jumlah ini terdiri atas 405 dokter, 43 dokter gigi, 328 perawat, 160 bidan dan 95 tenaga kesehatan lain.

“Indonesia telah kehilangan ribuan pejuang kesehatan akibat pandemi ini. Apalagi dengan kasus harian yang terus melonjak, kondisi para nakes semakin mengkhawatirkan,” ujar Puan.

Politisi PDI Perjuangan ini mengatakan, jumlah tenaga kesehatan yang aktif saat ini juga berkurang karena banyak dari mereka yang masih terinfeksi Covid-19.

"Saya dapat laporan bahwa para tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 juga tidak memiliki banyak waktu untuk memulihkan kesehatan mereka setelah dinyatakan sembuh. Ketika negatif, langsung diminta kembali bekerja karena rumah sakit kekurangan tenaga," ucapnya.

Mantan Menko PMK ini menegaskan, sistem perlindungan terhadap nakes ini tidak hanya secara fisik untuk melindungi mereka dari infeksi dan kalaupun terinfeksi bisa segera sembuh kembali, tetapi juga perlindungan secara mental.

"Teman-teman nakes ini kondisinya kelelahan, mengalami burn out, dengan beban kerja berat yang seakan tak ada ujungnya ini. Jam kerja semakin panjang dan ketidakpastian kapan pandemi berakhir mengancam kesehatan mental mereka," kata alumnus FISIP Universitas Indonesia ini.

Semua faktor tersebut, lanjut dia, akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan fisik para nakes. Jika para nakes kelelahan atau berguguran, masyarakatlah yang dirugikan.

"Kesehatan mental nakes merupakan isu yang vital dan mendesak untuk diperhatikan pemerintah. Dengan tekanan kerja yang begitu besar, para nakes membutuhkan pelindungan fisik dan mental lebih besar lagi dari hari-hari biasa mereka bekerja," tuturnya.

Selain itu, Puan juga meminta masyarakat luas untuk terus mengapresiasi perjuangan para nakes yang sedang bekerja keras di garda tedepan penanganan pandemi ini.

"Kita bisa membantu mendukung para nakes ini dengan memberikan perhatian dan apresiasi, atau dalam bentuk yang lebih nyata. Apresiasi bisa dimulai dari teman, kerabat dan sanak saudara yang berpforesi sebagai nakes," ujar Puan.

"Atau kalau belum bisa mengapresiasi, minimal masyarakat, khususnya keluarga pasien, agar menhindari selisih paham atau tuduhan-tuduhan yang kontra-produktif kepada para nakes, sehingga tidak melemahkan mental dan fisik mereka," ujar Puan.