Yogyakarta Dapat Rapor Merah Perawatan Pasien COVID-19, Konversi Tempat Tidur RS Harus Ditambah
ERA.id - Pemerintah pusat memberikan rapor merah kepada Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) lantaran persentase perawatan Rumah Sakit (RS) untuk pasien Covid-19 terendah diantara seluruh provinsi di Pulau Jawa dan Bali. Berdasarkan data yang ada, hanya 6,1 persen pasien Covid-19 yang mendapatkan perawatan di RS.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) yang juga Koordinator PPKM Level 3 dan 4 Pulau Jawa Bali, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, data tersebut juga menjadi alasan mengapa angka kematian di Provinsi D.I Yogyakarta tinggi.
"Padahal secara umum bisa mencapai sampai 20 persen pasien yang butuh dirawat di rumah sakit," ujar Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan melalui keterangan tertulis yang dikutip pada Jumat (30/7/2021).
Selain itu, koordinator PPKM Level 3 dan 4 Pulau Jawa-Bali itu mengatakan, Provinsi DIY juga mencatatkan peningkatan angka kematian sejak kapasitas tempat tidur RS (BOR) menembus angka hampir 80 persen.
Oleh karenanya, pemerintah pusat meminta Pemprov DIY segera mengonversi tempat tidur RS bagi pasien COVID-19. Dengan konversi tersebut, dia berharap secara keseluruhan angka konversi dapat mencapai 50 persen sehingga pasien dengan gejala berat dapat ditangani di RS.
"Kapasitas RS sudah hampir full. Oleh karena itu, saya minta kepada Pemprov dan Pemkab/Pemkot di DIY agar segera melakukan konversi TT (tempat tidur) Non-Covid menjadi Covid di RS," tegas Luhut.
Luhut juga meminta kepada Dandim dan Kapolda di DIY untuk bekerja sama menggiatkan upaya tracing dan testing. "Saya harap dalam beberapa hari kedepan kalian (Kapolda dan Dandim) betul-betul meningkatkan aktivitas testing dan tracing sehingga bisa membawa pasien Isoman yang saturasinya mulai memburuk untuk ke fasilitas Isoter atau RS," tegasnya.
Sementara Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, bahwa dia telah mendapatkan laporan dari beberapa RS di Yogyakarta soal tingginya angka kematian pasien yang akhirnya meninggal di RS.
Budi mengatakan, penyebabnya karena pasien COVID-19 yang meninggal akibat saturasi oksigennya rendah. Padahal, jika saturasi oksigen pasien COVID-19 menurun, maka harus segera mendapatkan perawatan yang intensif baik di RS maupun tempat isolasi terpusat.
"Saya sudah datang ke DIY dan berbicara dengan teman-teman dokter di DIY, memang banyak yang masuknya sudah dengan saturasi rendah sehingga wafat," kata Budi.
Budi pun mengaku akan segera mengirimkan oximeter ke seluruh Puskesmas di DIY. "Oximeter itu diperlukan untuk melakukan pengukuran saturasi terutama kepada warga yang sedang Isoman agar penanganannya tidak terlambat," pungkasnya.