Menkes Sebut Kalau COVID-19 Makin Memburuk, Paling 'Berat' Jakarta dan Yogyakarta

ERA.id - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut 'ledakan' kasus COVID-19 varian delta sudah mulai menyebar ke luar Jawa. Mulanya varian ini ini hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa saja.

"Lampung, Kalimantan Timur, Sumsel, Papua Barat, Kepri, dan Bengkulu sekarang sudah masuk radar kami di luar rumah sakit-rumah sakit Jawa. Kalau kita amati penyebaran dan laju peningkatannya ini ciri-ciri varian mutasi delta," katanya di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (13/7/2021).

Ia mengaku sudah membuat skenario terburuk dari 'ledakan' kasus COVID-19 ini sejak dua pekan lalu. Diantaranya kemungkinan bila kasus memburuk 30 sampai 60 persen maka berapa kekurangan rumah sakitnya.

"Sebenarnya kalau kita memburuk sampai 30 persen, dalam 1-2 minggu ke depan, yang berat adalah Yogyakarta dan DKI Jakarta. Karena akan kekurangan tempat tidur isolasi dan ICU," katanya.

Ia pun sudah menyiapkan strategi bila ada kesulitan tempat tidur. Hal ini ia diskusikan dengan para gubernur secara rutin. Adapun DKI Jakarta dan Yogyakarta memiliki strategi yang berbeda.

"Karena Yogyakarta yang sudah terisi 2000-an tempat tidurnya, bed occupacy rate (BOR)-nya 91 persen paling tinggi. Tetapi kamar tempat tidur di Yogya sebenarnya ada 8200, yang isolasi mungkin 2500 sekarang terisi 2400 jadi kelihatan tinggi. Tetapi Yogya masih bisa konversi additional 2000 deh dipindahkan," katanya.

Ia meminta agar jangan melihat BOR tapi melihat total kamar rumah sakit ada berapa. Sebab masih banyak kamar-kamar rumah sakit yang bisa dialokasikan menjadi tempat tidur isolasi pasien COVID-19.

Berbeda dengan Jakarta, ia menyebutkan Jakarta perlu strategi berbeda karena sudah lebih 50 persen rumah sakit dikonversi menjadi khusus COVID-19. Misalnya RS Fatmawati, RS Persahabata, dan RS Sulianti Saroso.

"Kami bikin 100 persen untuk covid. Mungkin ada tambahan mendekati 1000 kamar. Itu yang perlu dilakukan di rumah sakit-rumah sakit kota lain kalau BOR sudah tinggi dan disertai konversi di atas 50 atau 60 persen," katanya.

Strategi lainnya, ia menyebutkan kemungkinan untuk menambahkan rumah sakit lapangan atau darurat. Hal itu sudah dilakukan misanya mengonversi Wisma Haji yang memiliki 900 ruangan, lalu dipakai 700 ruangan untuk tambahan rumah sait.

"Kerja sama dengan BUMN di Wisma Haji ada satu gedung yang kami pakai untuk ICU. Itu bisa lebih dari 1000. Totalnya mungkin 900-1000 tempat tidur ada di Wisma Haji. Itu sudah kami bereskan dalam waktu 4-5 hari, kemarin minggu sudah masuk pasien sedikit karena oksigen belum siap, tapi oksigen sudah masuk Minggu malam, Senin masuk lebih banyak lagi mudah-mudahan lebih banyak lagi. Full ICU di sana 100 bed, kalau ada yang berat bisa langsung kita pindahkan," katanya.